Selasa, 17 Mei 2011

pala

pala
dan pengolahannya
DEPARTEMEN PERTANIAN
BAGIAN PROYEK INFORMASI PERTANIAN
IRIAN JAYA
1986
Kata Pengantar
Brosur ini disusun dengan maksud membantu para Petani dalam mengelola
Usahatani Pala. Penyusunan Brosur ini penulis menggunakan beberapa bahan
sumber untuk kelengkapannya.
Semoga Brosur yang sederhana ini dapat digunakan sebagai pegangan dan
dapat menambah khasanah tulisan mengenai Pala.
Akhirnya diucapkan terima kasih kami sampaikan pada Dinas Perkebunan
Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya atas bantuannya.
Bagian Proyek Informasi Pertanian
Irian Jaya
Daftar Isi
HAL
I. PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1
II. MENGENAL TANAMAN PALA…………………………. ……. 3
III. SYARAT-SYARAT TUMBUH……………………………….…. 7
IV. PERBANYAKAN TANAMAN PALA…………………………… 11
V. CARA MENANAM…………………………………………..…… 15
- Persiapan lahan …………………………….. 15
- Lubang dan jarak tanam …………………… 15
- Bibit ………………………………..………….. 16
- Pemeliharaan ……………………………….... 16
- Hama dan penyakit …………………………. 17
VI. PANEN …………………………………………………………... 23
VII. PENGOLAHAN……………………………………………….…. 25
PENDAHULUAN
Pala [Myristica fragrans Houtt] merupakan salah satu komoditi pertanian yang
memiliki nilai ekonomis tinggi, di samping berjenis-jenis komoditi pertanian ekonomis
lainnya.
Menurut pendapat para ahli, pala adalah tanaman asli Indonesia yang berasal
dari MALAISE ARCHIPEL yaitu gugusan kepulauan Banda dan Maluku. Kemudian
menyebar dan berkembang ke pulau-pulau lain yang berada di sekitarnya,
bahkan sekarang telah mencapai Aceh, Sulawesi Utara dan Irian Jaya.
Sebagai tanaman rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak etheris dan
lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Biji pala menghasilkan 2 sampai 15
% minyak etheris dan 30 - 40 % lemak, sedangkan fuli menghasilkan 7 - 18 %
minyak etheris dan 20 - 30 % lemak (fuli adalah arie yang berwarna merah tua
dan merupakan selaput jala yang membungkus biji).
Daging buah pala dapat digunakan sebagai manisan atau asinan, biji dan fulinya
bermanfaat dalam industri pembuatan sosis, makanan kaleng, pengawetan ikan
dan lain-lainnya. Disamping itu minyak pala hasil penyulingan, dapat digunakan
sebagai bahan baku dalam industri sabun, parfum, obat-obatan dan sebagainya.
Sementara itu permintaan pasar dunia akan pala setiap tahun terus meningkat,
dan tidak kurang dari 60 % kebutuhan pala dunia didatangkan dari Indonesia.
Dalam rangka ikut serta meningkatkan devisa negara melalui export non migas,
memperluas lapangan kerja dan melihat prospek pala yang menjanjikan harapan
baik tersebut, maka sudah waktunya tanaman pala perlu mendapatkan perhatian
dan penanganan untuk dikembangkan secara luas di Propinsi Irian Jaya.
Pala Indonesia lebih disukai oleh pasar dunia, karena mempunyai beberapa
kelebihan di banding pala dari negara lain, kelebihannya antara lain rendemen
minyaknya yang tinggi dan memiliki aroma yang khas.
MENGENAL TANAMAN PALA
Pala ( Myristica fragrans Houtt) adalah tanaman daerah tropic yang memiliki 200
species, dan seluruhnya tersebar di daerah tropis.
Dalam keadaan pertumbuhan yang normal, tanaman pala memiliki mahkota yang
rindang, dengan tinggi batang 10 - 18 m. Mahkota pohonnya meruncing ke atas,
dengan bahagian paling atasnya agak bulat serta ditumbuhi daunan yang rapat.
Daunnya berwarna hijau mengkilat, panjangnya 5 - 15 cm, lebar 3 - 7 cm dengan
panjang tangkai daun 0,7 -1,5 cm.
I
II
Tanaman pala termasuk golongan tanaman berjenis kelamin tunggal, meskipun
terdapat pula tanaman berjenis kelamin ganda. Berumah dua, yang memiliki
perbedaan yang jelas antara pohon betina dan pohon jantan.
Tanaman pala betina di tandai dengan pertumbuhan cabangnya secara horizontal
(mendatar), sedangkan tanaman pala jantan di tandai dengan cabang-cabangnya
yang mengarah ke atas membuat sudut lancip dengan batangnya.
Keterangan:
A = Pohon pala betina, yang ditandai dengan pertumbuhan
cabangnya
secara horizontal (mendatar).
B = Pohon pala jantan, ditandai dengan cabang-cabangnya yang
mengarah ke atas membuat sudut lancip dengan batangnya.
Di samping tanaman pala jantan dan betina, terdapat pula yang campuran dimana
tanaman jantan akan dapat menghasilkan bunga betina, tetapi jarang terjadi
tanaman betina berbunga jantan.
Tanaman pala memiliki buah berbentuk bulat, berwarna hijau kekuning-kuningan
buah ini apabila masak terbelah dua. Garis tengah buah berkisar antara 3 -9 cm,
daging buahnya tebal dan asam rasanya. Biji berbentuk lonjong sampai bulat,
panjangnya berkisar antara 1,5 - 4,5 cm dengan lebar 1- 2,5 cm. Kulit biji berwarna
coklat dan mengkilat pada bagian luarnya. Kernel biji berwarna keputih-putihan
sedangkan fulinya berwarna merah gelap dan kadang-kadang putih kekuningkuningan
dan membungkus biji menyerupai jala.
Myristica fragrans Houtt, Myristica argentea Ware, dan Myristica fattua Houtt,
adalah jenis-jenis pala yang dianggap penting karena bernilai ekonomis, sehingga
jenis-jenis inilah yang banyak diusahakan. Jenis-jenis pala lainnya yang
kurang/tidak bernilai ekonomis sehingga jarang diusahakan, antara lain : Myristica
malabarica Lam, Myristica specioca Ware, Myristica sucedona 81 dan lainlainnya.
a. Myristica fragrans Houtt.
Para petani pala kebanyakan menyebutnya sebagai pala asli, jenis ini
merupakan jenis umum yang diusahakan di Indonesia. Penyebarannya
yang merata ini disebabkan karena pala yang dihasilkan baik dalam bentuk
biji maupun fuli, memiliki mutu yang tinggi, karenanya jenis inilah yang
paling banyak diminta pasar dunia.
Dari jenis ini dikenal pula jenis- jenis pala daerah antara lain:
- Pala Raja, fulinya cukup tebal dengan biji kecil.
- Pala Meraya, buahnya merangkai-rangkai, tetapi jenis ini sudah
sangat langka.
- Pala Bui, bentuk bijinya bulat panjang, berasal dari pohon
campuran.
- Pala Pencuri, kulit biji tidak rata dan fulinya tidak menutup buah.
- Pala Holland, dikenal pula dengan nama pala putih karena warna
fulinya putih. Fuli ini akan berubah warnanya menjadi kuning
setelah di jemur.
b. Myristica argentea Ware.
Jenis pala ini banyak dijumpai di Irian Jaya, tinggi pohonnya mencapai 15
m dan dapat tumbuh pada ketinggian daerah 700 m di atas permukaan
laut. Selain Irian Jaya, pala jenis ini juga terdapat di Seram dan beberapa
daerah di sekitarnya.
Fuli dari jenis ini disebut fuli liar, karena kualitasnya yang berbeda serta
aroma kurang halus dibandingkan dengan pala jenis Myristica fragrans
Houtt. Kandungan minyak etheris dari fulinya hanya 6,5%. Pala jenis ini
terutama dihasilkan menjadi NUT MEG BUTTER. Pala jenis ini termasuk
yang mendapat pasaran dalam perdagangan.
c. Myristica fattua Houtt.
Jenis pala ini di Maluku disebut pala jantan atau pala utan, di Pulau Jawa
buahnya sering dipakai sebagai ramuan bahan jamu.
d. Myristica specioga Ware.
Banyak dijumpai di pulau Bacan, tidak ekonomis, karenanya tidak banyak
diusahakan.
e. Myristica sucedona BL.
Pala jenis ini sering pula disebut pala Halmahera, tergolong pala eksport.
f. Myristica malabarica LAM.
Pala jenis ini berasal dari Malabar, bijinya lonjong, tidak memiliki aroma,
karenanya tidak diperdagangkan.
SYARAT-SYARAT TUMBUH
TINGGI TEMPAT
Tanaman pala, dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 - 700 meter di atas
permukaan laut.
TANAH
Untuk dapat tumbuh baik, memerlukan :
- Lapisan atas top soil cukup dalam.
- Cukup tersedia unsur hara.
- Drainasenya baik.
- Udara dalam tanah cukup tersedia.
III
Tanaman pala juga akan tumbuh baik pada tanah yang berstruktur pasir sampai
lempung dengan kandungan bahan organik tinggi.
Pada tanah-tanah yang miskin, tanaman Pala juga dapat tumbuh baik apabila di
imbangi dengan pemupukan dan perawatan yang baik.
IKLIM
a. Suhu
Daerah-daerah penyebaran tanaman pala memiliki suhu yang tidak sama,
yakni berkisar antara 18º C -34º C. Tanaman pala akan berkembang dengan
baik di daerah tropis, dengan suhu optimum untuk pertumbuhan dan produksi
±20º C sampai 30º C.
b. Curah hujan
Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang
tinggi, tanpa adanya masa kering yang nyata.
Pada daerah-daerah yang mempunyai kemiringan tajam dan curah hujan
tinggi, perlu dibuat teras-teras untuk mempertahankan tingkat kesuburan
tanahnya. Curah hujan yang baik bagi pertumbuhan tanaman pala ±2175 mm
sampai 3550 mm/tahun.
c. Angin
Tanaman pala peka terhadap angin kencang, karenanya tidak sesuai
diusahakan pada areal yang terbuka tanpa tanaman pelindung. Angin yang
bertiup terlalu kencang, bukan saja menyebabkan penyerbukan tanaman
terganggu, malahan buah dan pucuk-pucuk tanaman akan jatuh berguguran.
Untuk daerah-daerah yang tiupan anginnya sering keras, penanaman pohon
penahan angin ditepi kebun sangat dianjurkan. Namun tanaman pelindung
yang ditanam terlalu rapat, dapat menghambat pertumbuhan tanaman pala,
karena adanya persaingan dalam mendapatkan unsur hara.
KETERSEDIAAN AIR
Tanaman pala peka terhadap genangan air, oleh karena itu sebaiknya pada areal
pertanaman pala dibuat saluran pembuangan air yang baik. Walaupun demikian,
untuk bulan-bulan kering, tanaman pala memerlukan air yang cukup, untuk itu
tanah harus mempunyai ketersediaan air (water holding capacity) yang cukup.
Adanya tanaman penutup tanah dan tanaman pelindung, dapat membantu
mengatasi ketersediaan air.
Terjadinya genangan air pada pertanaman pala, akan berakibat pertumbuhannya
terhambat, bahkan tanaman akan mudah terserang penyakit busuk akar yang
dapat memusnahkan tanaman.
POHON PELINDUNG
Dalam pengusahaan tanaman pala, tanaman pelindung angin harus
mendapatkan perhatian. Kegunaan lain pohon pelindung adalah untuk melindungi
tanaman dari sinar matahari yang berlebihan, terutama pada saat tanaman masih
muda.
Yang perlu diperhatikan, pada waktu tanaman sudah berumur 4 - 5 tahun,
tanaman pala sudah memerlukan sinar matahari yang banyak untuk dapat berproduksi.
Oleh karenanya penjarangan pohon pelindung harus dilakukan, hal ini juga
penting untuk mencegah pertumbuhan yang tidak normal yaitu memanjang ke
atas, dan mencegah terjadinya persaingan di dalam menyerap unsur hara di
antara tanaman pala dan tanaman pelindung.
Pohon pelindung yang baik adalah pohon yang daunnya tidak terlalu rimbun serta
tahan terhadap hempasan angin seperti pohon kelapa, duku, rambutan dan jenis
pohon buah-buahan lainnya.
PERBANYAKAN TANAMAN PALA
Umumnya tanaman pala dapat diperbanyak dengan mudah melalui tiga cara:
- Perbanyakan dengan biji.
- Perbanyakan dengan cangkokan
- Perbanyakan dengan okulasi.
A. PERBANYAKAN DENGAN BIJI.
Perbanyakan cara ini sebenarnya kurang menguntungkan, karena tanaman baru
yang dihasilkan jarang memiliki sifat-sifat persis sama dengan induknya.
Umumnya perbanyakan pala dengan biji akan menghasilkan rata-rata pohon
betina 55% , jantan 40% dan campuran 5%. Komposisi seperti ini jelas tidak akan
dapat memberikan keuntungan, karenanya dalam pengusahaan pala, tanaman
jantan dan campuran harus dikurangi. Caranya dengan mengetahui ciri dari
pohon jantan, betina maupun campuran. Ciri pohon betina cabangnya tumbuh
mendatar/ horizontal, sedang pohon jantan cabangnya membentuk sudut lancip
terhadap batangnya, sedang pohon campuran adalah pohon jantan yang dapat
menghasilkan bunga betina.
Apabila terpaksa memperbanyak tanaman pala dengan biji, biji-biji pala yang
akan dipergunakan sebagai benih harus berasal dari pohon induk yang baik, dari
buah yang telah masak penuh dan segera setelah pemetikan (selambatlambatnya
24 jam penyimpanan) harus disemaikan. Biji pala tersebut harus cukup
besarnya, berbentuk agak bulat dan simetris.
Pengalaman di pulau Banda menunjukkan, bahwa hasil seleksi biji yang besar
dari sekumpulan buah yang telah dipanen untuk dijadikan bibit, diambil dari pohon
induk yang letaknya berdekatan dengan pohon yang berbunga jantan, dapat
memberikan hasil yang memuaskan.
B. PERBANYAKAN DENGAN CANGKOKAN.
Prinsipnya sama seperti mencangkok tanaman-tanaman lainnya, tanaman baru
hasil cangkokan akan memiliki sifat-sifat seperti induknya. Pelaksanaannya
mudah sekali, sekaligus memanfaatkan cabang-cabang tanaman yang kurang
produktif tetapi memungkinkan untuk di cangkok.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih cabang yang akan
dicangkok
- Harus berasal dari pohon induk yang pertumbuhannya baik, rimbun,
bebas dari hama dan penyakit, serta produktif.
- Umur pohon berkisar antara 12 -15 th.
- Cabang harus yang sudah berkayu, tetapi tidak terlalu tua atau
muda.
Mencangkok sebaiknya dilakukan pada musim hujan, akan tetapi musim kemarau
tidaklah merupakan hambatan, asalkan dilakukan penyiraman yang teratur. Cara
IV
lain untuk mengatasinya adalah dengan meletakan kaleng bekas yang diberi
lubang halus, kemudian diisi air dan diikat/digantungkan tepat di atas cangkokan.
Akar hasil cangkokan akan muncul setelah satu bulan, mula-mula berwarna putih
kemudian akan berubah warna menjadi coklat tua pertanda akarnya sudah kuat
dan siap dipindahkan ke pertanaman.
Apabila pencangkokan dilakukan dengan baik, maka tanaman hasil cangkokan
akan cepat tumbuhnya dan tahan terhadap perubahan lingkungan setelah
dipindahkan ke kebun.
C. PERBANYAKAN DENGAN OKULASI.
Perbanyakan cara ini bukan saja akan mempercepat masa produksi, tetapi dapat
pula mengurangi persentase pohon jantan yang muncul. Untuk batang bawah
digunakan jenis pala Myristica sucedona BL, sedangkan untuk cabang entrys
(mata tunas) diambil dari cabang pohon yang berproduksi tinggi misalnya
Myristica fragrans Houtt.
Syarat-syarat okulasi:
- Besar calon batang atas dan batang bawah (under stump) jangan jauh
berbeda.
- Umur batang bawah minimal 1 tahun.
- Mata tunas (entrys) diambil dari cabang yang lurus, dari pohon yang
telah berproduksi.
- Satu atau dua minggu sebelum pengambilan cabang entrys, sebagian
daunnya dipangkas untuk merangsang pertumbuhan mata tunas.
- Pisau okulasi harus tajam dan bersih.
CARA MENANAM
Untuk tanah-tanah yang belum pernah ditanami, pembabatan semak belukar dan
penebangan pohon-pohon sebaiknya dilakukan pada musim kemarau, hal ini
untuk mencegah cepatnya tumbuh kembali semak belukar.
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menggemburkan tanah, menciptakan areal
yang beraerasi (peredaran udaranya) baik serta membersihkan akar dan sisa-sisa
tanaman. Untuk areal yang miring, harus dibuat teras-terus untuk mencegah
terjadinya erosi.
V
LUBANG DAN JARAK TANAM
Lubang tanam harus sudah dipersiapkan 1 bulan sebelum tanam, minimal dengan
ukuran 60 X 60 X 60 cm, untuk tanah-tanah yang unsur liatnya banyak, ukuran
lubang tanam boleh dibuat lebih besar lagi misal 1 X 1 meter.
Dalam menggali lubang, lapisan tanah bagian atas harus dipisahkan dengan
lapisan tanah bagian bawah, karena keduanya mempunyai kandungan unsur
yang berbeda. Setelah 1 - 2 minggu kemudian tanah galian tadi dimasukkan
kembali ke dalam lubang. Lapisan tanah bagian bawah dimasukkan terlebih
dahulu, baru kemudian lapisan tanah bagian atas yang sudah diberi pupuk
kandang/kompos 1 - 2 kaleng. Dua atau tiga minggu kemudian, penanaman bibit
dapat dilakukan.
Jarak antara lubang tanam, pada tanah datar dianjurkan 9 X 10 m dan pada tanah
berbukit 9 X 9 m.
BIBIT
Bibit yang ditanam adalah yang telah berumur 1 - 2 tahun (bila bibit dari
biji/okulasi), bibit yang berasal dari cangkokan segera bisa ditanam setelah
akarnya dipandang cukup kuat untuk dipindahkan ke pertanaman.
PEMELIHARAAN
Untuk mencapai hasil yang maksimal dari tanaman yang diusahakan, maka
pemeliharaan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan, antara lain
dalam hal:
- Pohon pelindung, tanaman muda umumnya kurang tahan terhadap panas
sinar matahari. Oleh karena itu untuk menghindari kerusakan tanaman,
perlu dipersiapkan pohon pelindung yang cukup. Setelah tanaman
bertambah besar, pohon pelindung dapat diperpanjang.
- Penyulaman, bibit yang mati atau tidak normal pertumbuhannya harus
segera diganti.
- Penyiangan, ini harus dilakukan secara teratur, untuk menghindari
persaingan dalam pengambilan unsur hara antara tanaman pala dengan
rumput atau tumbuhan pengganggu lainnya. Penyiangan ini bisa dimulai 2
- 3 bulan setelah penanaman, pucuk dan daun-daun baru telah mulai
tumbuh (ini berarti pertumbuhan tanaman telah cukup kuat).
- Pemupukan, penambahan unsur hara yang habis terserap oleh tanaman
mutlak diperlukan. Hal ini untuk menjamin agar tanaman tumbuh dengan
baik dan berproduksi tinggi. Pupuk yang diberikan bisa pupuk organik
(kompos, pupuk kandang) dan atau pupuk anorganik (urea, ZA, TSP, KCL,
NPK dll). Jenis dan dosisnya disesuaikan dengan kondisi tanaman atau
mintalah petunjuk pada PPL setempat. Cara pemupukannya dibenamkan
dalam parit sedalam 2 - 10 cm, melingkari batang tanaman (selebar
kanopi).
- Pengendalian tanaman pengganggu/gulma, hampir disetiap kebun ada
gulma yang jika dibiarkan sangat merugikan. Oleh karenanya
pertumbuhannya harus dikendalikan. Penggunaan herbisida bisa di
lakukan, namun efisiensinya perlu diperhitungkan. Karena rekomendasi
penggunaan herbisida (jenis dan dosisnya) di setiap daerah mungkin
berbeda, maka untuk lebih jelasnya hubungi petugas PPL setempat.
HAMA DAN PENYAKIT
a. Hama-Hama
1. Penggerek batang [Batocera hercules]
Tanda-tanda serangan berupa terdapatnya lubang gerekan pada
batang, dengan diameter 1,5 - 2,0 cm, dari lubang ini keluar
serbuk-serbuk kayu. Akibatnya dapat mematikan tanaman pala.
Cara pemberantasannya : dengan menginjeksi pestisida sistemik ke
dalam batang tanaman (Dimicron 100 EC atau Tamaron 50 EC). Cara
lainnya dengan menakik lubang gerekan kemudian membunuh
hamanya atau menutup lubang gerakan dengan kayu.
2. Kumbang Areoceum foriculatus
Berukuran kecil menyerang buah pala yang telah jatuh, imago
menggerek buah kemudian meletakkan telur di dalamnya, yang
selanjutnya akan berkembang menjadi lundi yang dapat menggerek
buah secara keseluruhan.
Cara pencegahannya, buah yang telah dipetik harus segera
dikeringkan.
3. Rayap
Serangannya dimulai dari akar, kemudian pangkal batang dan
seterusnya mengikuti batang bagian dalam, sehingga seluruh bagian
batang dapat terserang. Tanda khusus yang dapat dilihat, adalah
terjadinya bercak hitam pada permukaan batang. Bila bercak hitam itu
dikupas, maka akan kelihatan sarang serta saluran yang dibuat oleh
rayap di dalamnya. Serangan rayap ini, banyak dijumpai pada
kebun-kebun yang kurang bersih dari semak dan tanggul-tanggul
pohon.
Cara pencegahannya, dengan menyemprotkan pestisida pada tanah
dan pangkal batang untuk mencegah naiknya rayap ke batang pohon.
Cara lainnya adalah dengan menyemprotkan pestisida ke bercak hitam
yang telah dibuka, sehingga pestisida akan merembes ke dalam sarang
dan saluran-saluran yang dibuat rayap.
b. Penyakit
Penyakit pecah buah atau terbelah putih, penyakit ini disebabkan oleh
cendawan Coryneum myristicae yang menyebabkan buah terbelah karena
pertumbuhan daging buah terhambat, sehingga tidak dapat mengimbangi
pertumbuhan fuli dan biji, yang akhirnya akan jatuh sebelum tua.
Tanda-tandanya : pada bagian luar daging buah yang berumur 5 - 6 bulan,
terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecoklatan. Bercak-bercak ini
akan bertambah besar dan kemungkinan berubah menjadi hitam.
Cara pencegahannya; dengan membuat saluran pembuangan air (drainase)
yang baik atau melakukan pengasapan belerang di bawah pohon dengan
dosis 100 gram belerang/pohon.
Buah-buah yang terserang segera dibuang dan ditanam dalam tanah.
Melakukan penyemprotan dengan fungisida.

PANEN
Tanaman pala mulai berbuah pada umur 7 tahun, dan pada umur 10 tahun sudah
berproduksi secara menguntungkan. Produksinya akan terus meningkat dan pada
umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Hal ini berlangsung terus sampai
tanaman berumur 60 - 70 tahun.
Dalam setahun tanaman pala dapat di petik dua kali, yang setiap daerah biasanya
waktunya tidak sama. Umumnya buah pala dipanen setelah cukup tua, yang di
tandai dengan merekahnya buah, umurnya + 6 bulan sejak berbunga.
Cara pemetikannya bisa dengan galah yang ujungnya diberi keranjang, atau
langsung memanjat pohon untuk memungut dan memilih buah yang betul-betul
tua. Buah yang telah dipetik, segera diperlakukan sesuai keperluannya, hal ini
untuk menghindari serangan hama dan penyakit.
Dalam setiap tahun, panen pala dilakukan 2 periode, dimana setiap daerah waktu
pemetikannya tidak sama.
Di daerah Fak-Fak misalnya, mengenal 3 musim pemetikan yaitu musim barat,
musim matahari (kemarau) dan musim Timur.
a. Musim Barat : dimulai pada daerah pantai ( + bulan Oktober), dua bulan
kemudian didaerah pegunungan. Biasanya buah-buah yang dipetik pada
musim barat ini Kualitasnya baik.
b. Musim Timur : didaerah pantai dimulai bulan Maret, sedang didaerah
pegunungan dimulai bulan Juni. Buah yang dipanen pada musim ini
kwalitas pala dan fulinya lebih rendah, dibandingkan yang di panen pada
musim barat.
c. Musim Matahari : adalah musim pemetikan tambahan yang dilakukan di
luar musim barat dan musim timur.
VI
PENGOLAHAN
Agar diperoleh mutu hasil yang baik, maka perlu dipetik buah yang benar-benar
tua/telah membelah. Buah pala yang telah jatuh ke tanah atau bekas dimakan
burung, umumnya merupakan buah yang tua juga, tetapi hasil fulinya tidak dapat
diharapkan.
Urut-urutan bagian buah pala dari luar ke dalam terdiri atas:
- Kulit buah.
- Daging buah.
- Fuli (arillus).
- Kulit biji (cangkang).
- Biji.
PENGOLAHAN PALA DAN FULI
1. Pemisahan biji dari daging buah.
2. Pelepasan fuli dari bijinya yang dilakukan dengan hati-hati, dari ujung ke
arah pangkal, agar diperoleh fuli yang utuh sehingga bermutu tinggi.
3. Pengeringan antara pala dan fuli dilakukan secara terpisah.
- Pengeringan biji tidak boleh melebihi suhu 45ºC, karena akan diperoleh
biji pala yang berkualitas rendah disebabkan mencairnya kandungan
lemak, biji keriput dan berbentuk remah dan aroma biji akan banyak
berkurang.
- Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran atau pengasapan.
- Pengasapan dilakukan dirumah asap, pada suhu ruangan 35º - 40º C,
dilakukan terus menerus selama 10 - 15 hari sampai kadar air biji
menjadi 8 -10%
- Pengeringan fuli lebih sederhana, full disebar di atas tampi/nyiru dan di
jemur dibawah sinar matahari sampai kadar airnya menjadi 10 -12%
4. Pemisahan biji pala dari cangkangnya.
Penyimpanan biji pala kering biasanya masih bercangkang (untuk
melindungi dari hama dan penyakit). Cangkang ini dapat dipecah dengan
mesin pemecah pala atau dipukul dengan pemukul kayu, luka pada biji
akan menurunkan Kualitasnya.
5. Fumigasi (pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan gas
racun).
Untuk biji pala dilakukan 2 kali, yaitu setelah biji dipisahkan dari
cangkangnya dan setelah pengepakan dalam karung menjelang dieksport.
Untuk fuli juga difumigasi 2 kali, yaitu sebelum dilakukan sortasi dan
setelah pengepakan menjelang dieksport.
VII
6. Sortasi.
Sortasi biji pala dilakukan menurut: ukuran, warna, keriput/tidak,
pecan-basah-lubang/tidak.
Pada garis besarnya dibedakan 3 kwalitas biji pala, yang masing-masing
dapat dipisahkan atas beberapa sub kualitas.
Kualitas I terkenal dengan kualitas ABCD, berasal dari buah petik yang
cukup tua dan permukaan biji licin.
Kualitas II atau rimple atau SS, permukaan bijinya berkeriput karena
berasal dari buah yang belum cukup tua atau karena mengalami
pemanasan lebih dari 45º C.
Kualitas III atau BWP (Broken, Warmy, Punky) berasal dari buah yang
kurang tua yang dipungut dari tanah, buah yang kurang tua atau buah yang
mengalami kerusakan dalam pengolahan.
Kualitas ABCD masih dapat dipisahkan atas sub kualitas A, B, C dan D
dengan menggunakan saringan kayu yang mempunyai lubang dengan
diameter tertentu. Kualitas rimple/SS, berdasarkan besar kecilnya masih
dapat dipisahkan atas sub kualitas R/A dan R/E. Sedang kualitas BWP
dapat dibagi atas sub kualitas BWP I dan BWP II.
Sortaso biji pala ini dilakukan dengan tangan, dan untuk memperbaiki
kualitas umumnya dilakukan berulang kali.
Sortasi fuli, dilakukan dengan menggunakan ayakan kawat dan pemilihan
dengan tangan. Setelah fuli dijemur dan mengalami proses fumigasi I,
kemudian disortir menjadi 2 kualitas yakni Gruis I dan Gruis II. Ke dua
kualitas ini kemudian disortir lagi sesuai permintaan pasar internasional
menjadi sub kualitas Gruis I/Amerika, Gruis II/Amerika, Gruis I/Eropa dan
Gruis II/Eropa. Selanjutnya masing-masing sub kualitas dimasukkan dalam
mesin pemotong mekanis, yang nantinya akan dihasilkan fuli remah
(broken). Proses selanjutnya adalah membersihkan, menapis, mengajak,
menghembus full pada waktu jatuh dari ayakan sehingga diperoleh fuli siap
untuk di bungkus.
PENGOLAHAN MINYAK PALA
Biji pala mengandung minyak lemak (fixed oil) sebanyak 25 - 40 % minyak lemak
ini dapat diperoleh dengan cara menggiling dan memeras biji pala tersebut.
Apabila minyak lemak tidak dikeluarkan lebih dahulu, pada penyulingan akan ikut
tersuling dan akan sulit di pisahkan dari minyak palanya.
Setelah biji pala digiling kemudian dimasukkan bejana, dan dilakukan penyulingan
selama +10 - 30 jam. Setelah disaring, minyak ditampung ke dalam botol penampung
yang digunakan untuk memisahkan air dari minyak, rendemen minyak yang
diperoleh berkisar antara 7-16 %. Minyak pala berupa cairan yang hampir tidak
berwarna/kuning muda, dengan bau khas pala, apabila disimpan akan menyerap
oksigen dan menjadi kental. Minyak pala ini dieksport ke Singapura, Perancis,
Inggris, Nederland dan Amerika Serikat.
Standar mutu minyak pala:
- Deskripsi : minyak pala adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan
biji-biji buah tanaman Myristica fragrans Houtt.
- Jenis mutu : minyak pala digolongkan dalam satu jenis mutu.
- Syarat mutu
Karakteristik Syarat
- Bobot jenis pada 25ºC 0,847 - 0,919
- Index bias pada 25ºC 1,474 -1,497
- Putaran optik pada 25º C +10º - 30º
- Kelarutan dalam etanol 90% 1-1 jernih, seterusnya jernih.
suhu 25º - 30º C
- Sisa penguapan contoh 4,8 gr 2,5%
sampai 5,2 gr, maks.
- Zat-zat asing
a. Minyak pelikan negatif
b. Minyak terpentin negatif
c. Minyak lemak negatif
d. Alkohol tambahan negatif
PENGOLAHAN PALA DESTILASI (destining nutmeg)
Pengolahan pala destilasi sangat sederhana sekali, yakni buah pala yang masih
muda (berumur 2 - 5 bulan) dipetik, dilepaskan daging buahnya, kemudian bijinya
dijemur dipanas matahari selama 2 - 3 hari, kemudian disortir menurut mutunya.
Cars lainnya adalah dikeringkan di atas tungku api (diasap) selama +2 hari. Di pasaran
dunia terdapat 2 mutu pala destilasi yaitu :
- Mutu I kode AZWI.
- Mutu II kode ETEZ.
Spesifikasi:
- Deskripsi : pala destilasi adalah biji pala yang berasal dari buah tanaman
Myristice fragrans Houtt yang dipetik muda.
- Jenis mutu : ada 2 jenis mutu yaitu, Mutu I (AZWI), buah pala tanpa batok
yang dikeringkan, umumnya berasal dari buah muda berumur 2 - 2,5 bulan.
Mutu II (ETEZ), buah pala yang dikeringkan, umumnya berasal dari buah
muda berumur 2 - 5 bulan.
- Syarat mutu
Syarat
Karakteristik
Mutu I Mutu II
- Kadar air, % (bobot/bobot) males. 14,0 14,0
- Kadar minyak atsiri, (bobot/bobot) min.% 7,5 4
- Kadar minyak non atsiri, (bobot/bobot) males.% 10 12
- Benda asing, % (bobot/bobot) maks. 0,5 0,5
Sumber :
DINAS PERKEBUNAN
PROPINSI TINGKAT I
IRIAN JAYA

SEJARAH SINGKAT
Pala (Myristica Fragan Haitt) merupakan tanaman buah berupa pohon tinggi asli Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman pala menyebar ke Pulau Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295 pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai Sumatera.
MANFAAT TANAMAN
Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik.
Kulit batang dan daun
Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan “kino” hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri.
Fuli
Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti anyaman pala, disebut “bunga pala”. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual didalam negeri.
Biji pala
Biji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempah-rempah. Buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntahmuntah dan lain-lainya.
Daging buah pala
Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah diproses menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala, marmelade, selai pala, kKristal daging buah pala.
SYARAT TUMBUH
Iklim
Tanaman pala juga membutuhkan iklim yang panas dengan curah hujan yang tinggi dan agak merata/tidak banyak berubah sepanjang tahun.
Suhu udara lingkungan 20-30 derajat C sedangkan, curah hujan terbagi secara teratur sepanjang tahun. Tanaman pala tergolong jenis tanaman yang tahan terhadap musim kering selama beberapa bulan. Media Tanam
Tanaman ini membutuhkan tanah yang gembur, subur dan sangat cocok pada tanah vulkasnis yang mempunyai pembuangan air yang baik. Tanaman pala tumbuh baik di tanah yang bertekstur pasir sampai lempung dengan kandungan bahan organis yang tinggi.
Sedangkan pH tanah yang cocok untuk tanaman pala adalah 5,5 – 6,5. Tanaman ini peka terhadap gangguan air, maka untuk tanaman ini harus memiliki saluran drainase yang baik.
Pada tanah-tanah yang miring seperti pada lereng pegunungan, agar tanah tidak mengalami erosi sehingga tingkat kesuburannya berkurang, maka perlu dibuat teras-teras melintang lereng. Ketinggian Tempat
Tanaman pala dapat tumbuh baik di daerah yang mempunyai ketinggian 500-700 m dpl. Sedangkan pada ketinggian di atas 700 m, produksitivitas tanaman akan rendah.

PEDOMAN BUDIDAYA
Pembibitan
Perbanyakan Cara Generatif (Biji)
Pemilihan Biji Perbanyakan dengan biji dapat dilakukan dengan mengecambahkan biji. Dalam hal ini biji yang digunakan berasal dari:
Biji sapuan: biji yang dikumpulkan begitu saja tanpa diketahui secara jelas dan pasti mengenai pohon induknya.
Biji terpilih: biji yang asalnya atau pohon induknya diketahui dengan jelas. Dalam hal ini ada 3 macam biji terpilih, yaitu: (1) biji legitiem, yaitu biji yang diketahui dengan jelas pohon induknya (asal putiknya jelas diketahui); (2) biji illegitiem, yaitu biji yang berasal dari tumpang sari tidak diketahui, tetapi asal putiknya jelas diketahui; (3) biji Propellegitiem, yaitu biji yang terjadi hasil persilangan dalam satu kebun yang terdiri dua klon atau lebih. Biji-biji yang akan digunakan sebagai benih harus berasal dari buah pala yang benar-benar masak. Buah pala bijinya akan digunakan sebagai benih hendaknya berasal dari pohon pala yang mempunyai sifat-sifat: (1) pohon dewasa yang tumbuhnya sehat; (2) mampu berproduksi tinggi dan kw alit asnya baik.

Penyemaian
Tanah tempat penyemaian harus dekat sumber air untuk lebih memudahkan melakukan penyiraman pesemaian. Tanah yang akan dipakai untuk penyemaian harus dipilih tanah yang subur dan gembur. Tanah diolah dengan cangkul dengan kedalaman olakan sekitar 20 cm dan dibuat bedengan dengan ukuran lebar sekitar 1,5 cm dan panjangnya 5-10 cm, tergantung biji pala yang akan disemaikan. Bedengan dibuat membujur Utara-Selatan. Kemudian tanah yang sudah diolah tersebut dicampuri dengan pupuk kandang yang sudah jadi (sudah tidak mengalami fermentasi) secara merata secukupnya supaya tanah bedengan tersebut menjadi gembur. Sekeliling bedengan dibuka selokan kecil yang berfungsi sebagai saluran drainase.
Bedengan diberi peneduh dari anyaman daun kelapa/jerami dengan ukuran tinggi sebelah Timur 2 m dan sebelah Barat 1 m. maksud pemberian peneduh ini adalah agar pesemaian hanya terkena sinar matahari pada pagi sampai menjelang siang hari dan pada siang hari yang panas terik itu persemaian itu terlindungi oleh peneduh.
Tanah bedengan disiram air sedikit demi sedikit sehingga kebasahannya merata dan tidak sampai terjadi genangan air pada bedengan. Kemudian biji-biji pala disemaikan dengan membenamkan biji pala sampai sedalam sekiat 1 cm di bawah permukaan tanah bedengan. Jarak persemaian antar-biji adalah 15X15 cm. Posisi dalam membenamkan biji/benih harus rapat, yakni garis putih pada kulit biji terletak di bawah. Pemeliharaan pesemaian terutama adalah menjaga tanah bedengan tetap dalam keadaan basah (disiram dengan air) dan menjaga agar tanah bedengan tetap bersih dari gulma).
Setelah biji berkecambah yaitu sudah tumbuh bakal batangnya. Maka bibit pada pesemaian tersebut dapat dipindahkan ke kantong polybag yang berisi media tumbuh berupa tanah gembur yang subur dicampur dengan pupuk kandang. Pemindahan bibit dari pesemaian ke kantong polybag harus dilakukan secara hati-hati agar perakarannya tidak rusak.
Polybag yang sudah berisi bibit tanaman harus diletakkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari/diletakkan berderet-deret dan diatasnya diberi atap pelindung berupa anyaman daun kelapa/jerami.
Pemeliharaan dalam polybag terutama adalah menjaga agar media tumbuhnya tetap bersih dari gulma dan menjaga media tumbuh dalam keadaan tetap basah namun tidak tergantung air. Agar tidak tergenang air, bagian bawahnya dari polybag harus diberi lubang untuk jalan keluar air siraman/air hujan.
Bibit-bibit tersebut dapat dilakukan pemupukan ringan, yakni dengan pupuk TSP dan urea masing-masing sektar 1 gram tiap pemupukan. Pupuk ditaruh di atas permukaan media tumbuh kemudian langsung disiram. Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun, yakni pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan. Setelah bibit tanaman mempunyai 3–5 batang cabang, maka bibit ini dapat dipindahkan/ditanam di lapangan.
Perbanyakan Cara Cangkok (Marcoteren)
Perbanyakan tanaman pala dengan cara mencangkok bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang mempunyai sifat-sifat asli induknya (pohon yang dicangkok).
Hal yang diperhatikan dalam memilih batang/cabangyang akan dicangkok adalah dari pohon yang tumbuhnya sehat dan mampu memproduksi buah cukup banyak, pohon yang sudah berumur 12–15 tahun. Batang/cabang yang sudah berkayu, tetapi tidak terlalu tua/terlalu muda.
Cara mencangkok (marcotern):
Pertama, Batang/cabang dikelupas kulitnya dengan pisau tajam secara melingkar sepanjang 3–4 cm. Posisi cangkokan sekitar 25 cm dari pangkal batang/cabang. Lendir/kambium yang melapisi kayu dihilangkan dengan cara disisrik kambiumnya, batang yang akan dicangkok tersebut dibiarkan selama beberapa jam sampai kayunya yang tampak itu kering benar.
Kedua, Ambillah tanah yang gembur dan sudah dicampuri dengan pupuk kandang dalam keadaan basah dan menggumpal. Kemudian tanah tersebut ditempelkan/dibalutkan pada bagian batang yang telah dikuliti berbentuk gundukan tanah. Gundukan tanah tersebut kemudian dibalut dengan sabut kelapa/plastik. Agar tanah dapat melekat erat pada batang yang sudah dikuliti, maka sabut kelapa/plastik pembalut itu diikat dengan tali secara kuat pada bagian bawa, bagian tengah dan bagian atas. Bila menggunakan pembalut dari palstik, maka bagian atas dan bagian bawah harus diberi lubang kecil untuk memasukkan air siraman (lubang bagian atas) dan sebagai saluran drainase (lubang bagian bawah).
Ketiga, Bila pencangkokkan ini berhasil dengan baik, maka setelah 2 bulan akan tumbuh perakarannya. Jika perakaran cangkokkan itu sudah siap untuk dipotong dan dipindahkan keranjang atau ditanam langsung di lapangan. Perbanyakan Cara Peyambungan ( Enten Dan Okulasi )
Sistem penyambungan ini adalah menempatkan bagian tanaman yang dipilih pada bagian tanaman lain sebagai induknya sehingga membentuk satu tanaman bersama. Sistem penyambungan ini ada dua cara, yakni:

Penyambungan Pucuk (entern, grafting)

Penyambungan pucuk ini ada tiga macam yaitu :
Pertama, Enten celah (batang atas dan batang bawah sama besar)
Kedua, pangkas atau kopulasi
Ketiga, Enten sisi (segi tiga)
Penyambungan mata (okulasi)
Penyambungan mata ada tiga macam yaitu:
Pertama, Okulasi biasa (segi empat)
Kedua, Okulasi “T”
Ketiga, Forkert
Setelah 3-4 bulan sejak penyambungan dengan sistem enten atau okulasi itu dilakukan dan jika telah menunjukkan adanya pertumbuhan batang atas (pada penyambungan enten) dan mata tunas (pada penyambungan okulasi), tanaman sudah dapat ditanam di lapangan.
Perbanyakan Cara Penyusuan (Inarching Atau Approach Grafting)
Dalam sistem penyusuan ini, ukuran batang bawah dan batang atas harus sama besar (kurang lebih besar jari tangan orang dewasa). Cara melakukannya adalah sebagai berikut:
Pertama, Pilihlah calon bawah dan batang atas yang mempunyai ukuran sama.
Kedua, Lakukanlah penyayatan pada batang atas dan batang bawah dengan bentuk dan ukuran sampai terkena bagian dari kayu.
Ketiga, Tempelkan batang bawah tersebut pada batang atas tepat pada bekas sayatan tadi dan ikatlah pada batang atas tepat pada bekas sayatan dan ikat dengan kuat tali rafia.
Setelah beberapa waktu, kedua batang tersebut akan tumbuh bersama-sama seolah-olah batang bawah menyusu pada batang atas sebagai induknya. Dalam waktu 4–6 minggu, penyusuan ini sudah dapat dilihat hasilnya. Jika batang atas daun-daunnya tidak layu, maka penyusuan itu dapat dipastikan berhasil. Setelah 4 bulan, batang bagian bawah dan bagian atas sudah tidak diperlukan lagi dan boleh dipotong serta dibiarkan tumbuh secara sempurna. Jika telah tumbuh sempurna, maka bibit dari hasil penyusuan tersebut sudah dapat ditanam di lapangan.

Perbanyakan Cara Stek
Tanaman pala dapat diperbanyak dengan stek tua dan muda yang dengan 0,5% larutan hormaon IBA. Penyetekan menggunakan hormon IBA 0,5%, biasanya pada umur 4 bulan setelah dilakukan penyetekan sudah keluar akar-akarnya. Kemudian tiga bulan berikutnya sudah tumbuh perakaran yang cukup banyak. Percobaan lain adalah dengan menggunakan IBA 0,6% dalam bentuk kapur. Penyetekan dengan menggunakan IBA 0,6%, biasanya setelah 8 minggu sudah terbentuk kalus di bagian bawah stek. Kemudian jika diperlukan untuk kedua kalinya dengan larutan IBA 0,5%, maka setelah 9 bulan kemudian sudah tampak perakaran.
Pengolahan Media Tanam
Kebun untuk tanaman pala perlu disiapkan sebaik-baiknya, di atas lahan masih terdapat semak belukar harus dihilangkan. Kemudian tanah diolah agar menjadi gembur sehingga aerasi (peredaran udara dalam tanah) berjalan dengan baik. Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada musim kemarau supaya proses penggemburan tanah itu dapat lebih efektif.
Pengolahan tanah pada kondisi lahan yang miring harus dilakukan menurut arah melintang lereng. Pengolahan tanah dengan cara ini akan membentuk alur yang dapat mencegah aliran permukaan tanah/menghindari erosi.
Pada tanah yang kemiringan 20% perlu dibuat teras-teras dengan ukuran lebar sekitar 2 m, dapat pula dibuat teras tersusun dengan penanaman sistem kountur, yaitu dapat membentuk teras guludan, teras kredit/teras bangku.
Teknik Penanaman
Penanaman bibit dilakukan pada awal musim hujan. Hal ini untuk mencegah agar bibit tanaman tidak mati karena kekeringan, bibit tanaman yang berasal dari biji dan sudah mempunyai 3–5 batang cabang biasanya sudah mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan sehingga pertumbuhannya dapat baik. Penanaman yang berasal dari biji dilakukan dengan cara sebagai berikut: polybag (kantong pelastik) di lepaskan terlebih dahulu, bibit dimasukkan kedalam lubang tanam dan permukaan tanah pada lubang tanam tersebut dibuat sedikit dibawah permukaan lahan kebun. Setelah bibit-bibit tersebut ditanam, kemudian lubang tanam tersebut disiram dengan air supaya media tumbuh dalam lubang menjadi basah.
Bila bibit pala yang berasal dari cangkok, maka sebelum ditanam daun-daunnya harus dikurangi terlebih dahulu untuk mencegah penguapan yang cepat. Lubang tanam untuk bibit pala yang berasal dari cangkang perlu dibuat lebih dalam. Hal ini dimaksudkan agar setelah dewasa tanaman tersebut tidak roboh karena sistem akaran dari bibit cangkokan tidak memiliki akar tunggang. Setelah bibit di tanam, lubang tanam harus segera disiram supaya media tumbuhan menjadi basah. Penanaman bibit pala yang berasal dari enten dan okulasi dapat dilakukan seperti menanam bibit-bibit pala yang berasal dari biji. Lubang tanaman perlu dipersiapkan satu bulan sebelum bibit ditanam. Hal ini bertujuan agar tanah dalam lubangan menjadi dayung (tidak asam), terutama jika pembuatannya pada musim hujan, lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm untuk jenis tanah ringan dan ukuran 80x80x80 cm untuk jenis tanah liat. Dalam menggali lubang tanam, lapisan tanah bagian atas harus dipisahkan dengan lapisan tanah bagian bawah, sebab kedua lapisan tanah ini mengandung unsur yang berbeda. Setelah beberapa waktu, tanah galian bagian bawah di masukkan lebih dahulu, kemudian menyusul tanah galian bagian atas yang telah dicampur dengan pupuk kandang secukupnya.
Jarak tanam yang baik untuk tanaman pala adalah: pada lahan datar adalah 9×10 m. Sedangkan pada lahan bergelombang adalah 9×9 m.
Pemeliharaan Tanaman
Untuk mencegah kerusakan atau bahkan kematian tanaman, maka perlu di usahakan tanaman pelindung yang pertumbuhannya cepat, misalnya tanaman jenis Clerisidae atau jauh sebelumnya bibit pala di tanam, lahan terlebih dahulu di tanami jenis tanaman buah-buahan/tanaman kelapa.
Penyulaman harus dilakukan dilakukan jika bibit tanaman pala itu mati/pertumbuhannya kurang baik.
Pada akhir musim hujan, setelah pemupukan sebaiknya segera dilakukan penyiraman agar pupuk dapat segera larut dan diserap akar. Pada waktu tanaman masih muda, pemupukan dapat dilakukan dengan pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik ( pupuk kimia sama dengan pupuk buatan) yaitu berupa TSP, Urea dan KCl. Namun jika tanaman sudah dewasa/sudah tua, pemupukan yang dan lebih efektif adalah pupuk anorganik. Pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan.
Sebelum pemupukan dilakukan, hendaknya dibuat parit sedalam 10 cm dan lebar 20 cm secara melingkar di sekitar batang pokok tanaman selebar kanopi (tajuk pohon), kemudian pupuk TSP, Urea dan KCl ditabur dalam parit tersebut secara merata dan segera ditimbun tanah dengan rapat. Jika pemupukan di lakukan pada awal musim hujan, setelah dilakuakan pada akhir musim hujan, maka untuk membantu pelarutan pupuk dapat dilakukan penyiraman, tetapi jika kondisinya masih banyak turun hujan tidak perlu dilakukan penyiraman.
HAMA DAN PENYAKIT
Hama:
Pertama, Penggerek batang (Batocera sp)
Tanaman pala yang terserang oleh hama ini dalam waktu tertentu dapat mengalami kematian. Gejala : terdapat lubang gerekan pada batang diameter 0,5–1 cm, di mana didapat serbuk kayu. Pengendalian : (1) menutup lubang gerekan dengan kayu/membuat lekukan pada lubang gerekan dan membunuh hamanya.
Memasukkan/menginjeksikan (menginfuskan) racun serangga seperti Dimicron 199 EC dan Tamaran 50 EC sistemik ke dalam batang pohon pala menggunakan alat bor, dosis yang dimasukkan sebanyak 15–20 cc dan lubang tersebut segera ditutup kembali.
Kedua, Anai-Anai / Rayap Hama anai-anai mulai menyerang dari akar tanaman, masuk ke pangkal batang dan akhirnya sampai ke dalam batang. Gejala : terjadinya bercak hitam pada permukaan batang, jika bercak hitam itu dikupas, maka sarang dan saluran yang dibuat oleh anai-anai (rayap) akan kelihatan. Pengendalian: menyemprotkan larutan insektisida pada tanah di sekitar batang tanaman yang diserang, insektisida disemprotkan pada bercak hitam supaya dapat merembes kedalam sarang dan saluran-saluran yang dibuat oleh anai-anai tersebut.
Ketiga, Kumbang Aeroceum fariculatus Hama kumbang berukuran kecil dan sering menyerang biji pala. Imagonnya menggerek biji dan meletakkan telur di dalamnya. Di dalam biji tersebut, telur akan menetas dan menjadi larva yang dapat menggerek biji pala secara keseluruhan. Pengendalian: mengeringkan secepatnya biji pala setelah diambil dari buahnya.
Penyakit
Pertama, Kanker batang
Gejala: terjadinya pembengkakan batang, cabang atau ranting tanaman yang diserang. Pengendalian : membersihkan kebun dari semak belukar, memangkas bagian yang terserang dan dibakar.
Kedua, Belah putih
Penyebab : cendawan coreneum sp. yang dapat menyebabkan buah terbelahan
Ketiga, Gugur sebelum tua.
Gejala : terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecoklatcoklatan pada bagian kuliat buah. Bercak-bercak tersebut membesar dan berwarna hitam. Pengendalian : (1) membuat saluran pembuangan air yang baik; (2) pengasapan dengan belerang di bawah pohon dengan dosis 100 gram/tanaman.
Keempat, Rumah Laba-Laba
Menyerang cabang, ranting dan daun. Gejala : daun mengering dan kemudian diikuti mengeringnya ranting dan cabang. Pengendalian : memangkas cabang, ranting dan daun yang terserang, kemudian dibakar.
Kelima, Busuk buah kering
Penyebab : jamur Stignina myristicae . Gejala : berupa bercak berwarna coklat, bentuk bulat dan cekung dengan ukuran bercak bervariasi, yakni dari yang berukuran sangat kecil sampai sekitar 3 cm; pada kulit buah tampak gugusan-gugusan jamur berwarna hijau kehitam-hitaman dan akhirnya bercak-bercak tersebut terjadi kering dan keras.
Pengendalian : (1) kondisi kelembaban di sekitar pohon pala perlu dikurangi, misalnya dengan mengurang kerimbunan pohon-pohon lain di sekitar pala dengan memangkas sebagian cabang-cabangnya yang berdaun rimbun, kemudian tanah di sekitar pohon dibersihkan, tidak terdapat gulma atau tanaman-tanaman perdu lainnya; (2) buah pala dan daun yang terserang penyakit ini segera dipetik dan dipendam dalam tanah; (3) dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida secara yang rutin, yakni 2–4 minggu sekali, baik pada saat ada serangan maupun tidak ada serangan dari penyakit ini, fungsida yang dapat digunakan adalah yang mengandung bahan aktif mancozeb, karbendazim dan benomi.
Ketujuh, Busuk buah basah
Penyebab : jamur Collectotrichum gloeosporiodes, yang menyerang atau menginfeksi buah yang luka. Gejala : buah pala tampak busuk warna coklat yang sifatnya lunak dan basah; gejala ini timbul pada sekitar tangkai buah yang melekat pada buah sehingga buah mudah gugur. Pengendalian : dengan busuk buah kering.
Kedelapan, Gugur buah muda
Gejala : adanya buah muda yang gugur. Penyebab : penyakit ini belum diketahui dengan jelas. Pengendalian : dengan mengkombinasikan (memadukan) antara pemupukan dan pemberian fungisida.
PANEN
Ciri dan Umur Panen
Umumnya pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun dan pada umur 10 tahun telah berproduksi secara menguntungkan. Produksi pada akan terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Pohon pala terus berproduksi sampai umur 60–70 tahun. Buah pala dapat dipetik (dipanen) setelah cukup masak (tua), yakni yaitu sekitar 6–7 bulan sejak mulai bunga dengan tanda-tanda buah pala yang sudah masak adalah jika sebagian dari buah tersebut tersebut murai merekah (membelah) melalui alur belahnya dan terlihat bijinya yang diselaputi fuli warna merah. Jika buah yang sudah mulai merekah dibiarkan tetap dipohon selama 2-3 hari, maka pembelahan buah menjadi sempurna (buah berbelah dua) dan bijinya akan jatuh di tanah.
Di Daerah Banda, dikenal 3 macam waktu panen tiap tahun, yaitu: (1) panen raya/besar (pertengahan musim hujan); panen lebih sedikit (awal musim hujan) dan panen kecil (akhir musim hujan). Panen buah pala pada permulaan musim hujan memberikan hasil paling baik (berku alit as tinggi) dan bunga pala (fuli) yang paling tebal.
Cara Pemetikan
Pemetikan buah pala dapat dilakukan dengan galah bambu yang ujungnya diberi/dibentuk keranjang (jawa: sosok). Selain itu dapat pula dilakukan dengan memanjat dan memilih serta memetik buah-buah pala yang sudah masak benar.
PASCAPANEN
Pemisahan Bagian Buah
Setelah buah-buah pala masak dikumpulkan, buah yang sudah masak dibelah dan antara daging buah, fuli dan bijinya dipisahkan. Setiap bagian buah pala tersebut ditaruh pada wadah yang kondisinya bersih dan kering. Biji-biji yang terkumpul perlu disortir dan dipilah-pilahkan menjadi 3 macam yaitu: (1) yang gemuk dan utuh; (2) yang kurus atau keriput; dan (3) yang cacat.
Pengeringan Biji
Biji pala yang diperoleh dari proses ke-I tersebut segera dijemur untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Biji dijemur dengan panas matahari pada lantai jemur/tempat lainnya. Pengeringan yang terlalu cepat dengan panas yang lebih tinggi akan mengakibatkan biji pala pecah. Biji pala yang telah kering ditandai dengan terlepas bagian kulit biji (cangkang), jika digolongkan akan kocak dan kadar airnya sebesar 8–10 %.
Biji-biji pala yang sudah kering, kemudian dipukul dengan kayu supaya kulit buijinya pecah dan terpisah dengan isi biji. Isi biji yang telah keluar dari cangkangnya tersebut disortir berdasarkan ukuran besar kecilnya isi biji:
Besar: dalam 1 kg terdapat 120 butir isi biji.
Sedang: dalam 1 kg terdapat sekitar 150 butir isi biji.
Kecil: dalam 1 kg terdapat sekitar 200 butir isi biji.
Isi biji yang sudah kering, kemudian dilakukan pengapuran. Pengapuran biji pala yang banyak dilakukan adalah pengapuran secara basah, yaitu: a) Kapur yang sudah disaring sampai lembut dibuat larutan kapur dalam bak besar/bejana (seperti yang digunakan untuk mengapur atau melabur dinding/tembok). b) Isi biji pala ditaruh dalam keranjang kecil dan dicelupkan dalam larutan kapur sampai 2–3 kali dengan digoyang-goyangkan demikian rupa sehingga air kapur menyentuh semua isi biji. c) Selanjutnya isi biji itu diletakkan menjadi tumpukan dalam gudang untuk dianginanginkan sampai kering. Setelah proses pengapuran perlu diadakan pemeriksaaan terakhir untuk mencegah kemungkinan biji-biji pala tersebut cacat, misalnya pecah yang sebelumnya tidak diketahui.
Pengawetan biji pala juga dapat dilakukan dengan teknologi baru, yakni dengan fumigasi dengan menggunakan zat metil bromida (CH 3 B 1 ) atau karbon bisulfida (CS 2 ) .
Pengeringan Bunga Pala (Fuli)
Fuli dijemur pada panas matahari secara perlahan-lahan selama beberapa jam, kemudian diangin-anginkan. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai fuli itu kering. Warna fuli yang semula merah cerah, setelah dikeringkan menjadi merah tua dan akhirnya menjadi jingga. Dengan pengeringan seperti ini dapat menghasilkan fuli yang kenyal (tidak rapuh) dan berku alit as tinggi sehingga nilai ekonomisnya pun tinggi pula.
Pemecahan Tempurung Biji
Pemecahan tempurung biji pala dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
Pertama, Dengan tenaga manusia: Cara memecah tempurung dari biji pala dilakukan dengan cara memukulnya dengan kayu sampai tempurung tersebut pecah. Cara memecah tempurung biji pala memerlukan keterampilan khusus, sebab kalau tidak isi biji akan banyak yang rusak (pecah) sehingga kulitasnya turun. Dengan mesin: Cara ini banyak digunakan petani pala. Secara sederhana dapat diterangkan bahwa mekanisme kerja dan alat ini sama dengan yang dilakukan oleh manusia, yakni bagian tertentu dari mesin menghancurkan kulit buah pala sehingga yang tinggal adalah isi bijinya. Keuntungan dari penggunaan mesin adalah tenaga, waktu dan biaya operasionalnya dapat ditekan. Disamping itu kerusakan mekanis dari isi biji juga lebih kecil.
Sumber: Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.



// <![CDATA[//

Rabu, 04 Mei 2011

carcsihmpang


 CORCHIMPANG KOREA                                                      ://
             corchimpang atau di sebut juga Amonem arda selama ini dikenal sebagai rempah untuk masakan dan juga lebih banyak digunakan untuk campuran jamu. Di beberapa daerah kapulaga dikenal dengan nama krapol, ,, dan lain-lain.
Corshmp  banyak sekali manfaatnya termasuk juga bagi kesehatan!
Nama asing korshmp adalah pai thay kuo (bahasa Tionghoa). Orang Yunani menyebut buah itu cardime yang kemudian dilatinkan oleh orang Romawi menjadi corchimpan.
Budidaya Korchimpan
Semula ditemukan tumbuh alamiah di daerah Pegunungan Malabar, pantai barat India. Karena laku di pasar dunia, kemudian banyak ditanam di Sri Lanka, Thailand, dan Guatemala. Di Indonesia mulai dibudidayakan sejak 1986.
Dalam perdagangan kemudian ditawarkan juga varietas mallaber lain dari pegunungan tinggi Mysore (India) yang buah lonjongnya lebih membulat, dan lebih disukai karena lebih sedap. Berbeda dengan kapulaga Malabar yang tandan bunganya merayap, tandan bunga kapulaga Mysore tumbuh tegak. Dari Sri Lanka ditawarkan Elettaria cadamomum var. major sebagai Caylinn . Buahnya lebih lebar dan pipih daripada kapulaga Malar, E. corchmp var. minor. Dari Thailand, kemudian juga ditawarkan Siamasi carshimp yang masih sejenis dengan corsim Indonesia

Bentuk fisik Karchimpang
Tumbuh carchimp tergolong dalam herba dan membentuk rumpun, sosoknya seperti tumbuhan jahe, dan dapat mencapai ketinggian 2-3 meter dan tumbuh di hutan-hutan yang masih lebat. Kapulaga hidup subur di ketinggian 200-1.000 meter di atas permukaan laut.
Awalnya memang hidup liar, namun kini kapulaga dibudidayakan sebagai tanaman rempah. Tumbuhan berbatang basah ini memiliki batang berpelepah daun yang membalut batangnya. Letak daunnya berseling-seling. Bunga tumbuhan ini tersusun dalam tandan yang keluar dari rimpangnya. Buahnya berbentuk bula telur, berbulu, dan berwarna kuning kelabu. Buahnya berkumpul dalam tandan kecil dan pendek. Bila masak, buahnya akan pecah dan membelah berdasarkan ruang-ruangnya. Di dalamnya terdapat biji yang berbentuk bulat telur memanjang.
Buah korchimnpan
 Korcimpan berbuah pada umur 6 sampai 8 bulan, akan tetapi belum maksimal setelah berumur  3 tahun. Buah kapulaga muncul dari batang semu dekat tanah, dan merayap bersama tandannya yang sepanjang 1 m, ke tanah sekitarnya.
Buah lonjong sepanjang 1 cm yang bersisi tiga itu dipetik kalau sudah montok, padat berisi, setengah matang. Warna hijaunya sudah berubah hijau muda. Tadinya hijau tua. Ketika berubah warna itulah baunya sedap sesedap-sedapnya.
Di India, buah yang sudah dikeringkan, disortir menurut ukuran dan warnanya. Yang sudah kuning jerami cantik, dikemas sebagai buah siap jual, sedangkan yang belum dipucatkan dulu dengan uap belerang. Penjagaan mutu inilah yang membuat India menjadi pengekspor karcimpp  yang digemari orang.negara korea,cina dan jepang, dan Negara eropa.
Buah yang sudah kering menjadi keriput, bergaris-garis, berisi 4 – 7 butir biji kecil coklat kemerah-merahan. Rasanya agak pedas seperti jahe, tetapi baunya tidak.
Aroma Karcimpang
Karcimpp  memiliki aroma bau sedap sehingga orang Inggris menyanjungnya sebagai grains of paradise. Aroma sedap ini berasal dari kandungan minyak atsiri pada karimpang. Minyak atsiri ini mengandung lima zat utama, yaitu
borneol (suatu terpena) yang berbau kamper seperti yang tercium dalam getah pohonkamper
alfa-terpinilasetat yang harum seperti bau jeruk pettigrain limonen yang juga harum seperti bau jeruk keprok alfa terpinen yang harum seperti jeruk sitruncineol yang sedap agak pedas menghangatkan seperti minyak kayu putih.Kombinasi inilah yang membentuk aroma khas kapulaga.
Khasiat Karchim
Biji, yang diambil dari tumbuhan sebelum buah masak benar, dapat dimanfaatkan sebagai obat. Dalam dunia obat-obatan biji yang telah dikeringkan dinamakan semen cachimp i. Selain bijinya, yang digunakan untuk obat adalah bagian akar, buah, dan batangnya. Karchim  mengandung minyak atsiri, sineol, terpineol, borneol, protein, gula, lemak, silikat, betakamfer, sebinena, mirkena, mirtenal, karvona, terpinil asetat, dan kersik. Dari kandungan tersebut kapulaga memiliki khasiat sebagai obat batuk. Karchimp  juga memiliki khasiat untuk mencegah keropos tulang.
Beberapa pabrik bumbu juga mengekstrakkan minyak asiri dari biji karchim  menjadi oil of carcmon yang kemudian dikemas dalam botol. Dalam bentuk minyak ini pula, kapulaga dipakai untuk menyedapkan soft drink dan es krim Amerika di pabrikny
Sifat dan aromanya khas. Karenanya kapulaga sering dimanfaatkan sebagai penyedap masakan. Tak jarang, tanaman semak ini digunakan untuk ramuan pereda gangguan tenggorokan. Kandungan minyak atsirinya bermanfaat sebagai pengencer dahak atau ekspektoran.
Sudah hampir dua minggu, Sani (33 tahun), merasa judek diganggu sakit tenggorokan yang tak kunjung sembuh. Padahal sudah berulang kaii diobati dengan antibiotika. Selama sakit tenggorokan, badannya jadi kerap masuk angin. Minum air es sedikit saja kontan pilek dan tidak enak badan.
Setelah berganti dokter ia disarankan tidak mengosumsi obat antibiotik lagi tetapi cukup minum teh kapulaga yang harganya jauh lebih murah. Awalnya bapak dua anak ini tak yakin ketika membeli serutan batang kapulaga kering di toko obat tradisional, meski tetap meneruskan membuat ramuan.
Caranya, ia mengambil dua sendok teh serutan batang karcimp yang telah ditumbuk dan dikeringkan. Ekstrak karcim  itu direbus dan disaring, lalu diminum seperti halnya minum teh, boleh ditambahkan sedikit gula agar terasa manis.
Hasilnya memang tidak langsung terasa. Namun, efeknya ternyata justru luar biasa. Setelah rutin minum teh serutan batang kapulaga, lendir yang mengotori tenggorokan itu akhirnya keluar semua.
Di kalangan penggemar herbal, karchimm  terkenal sebagai ekspektoran. Beberapa penelitian mengungkapkan khasiat ekspektoran itu ternyata berasal dari kandungan minyak atsiri sineol, si karminatif yang juga bekerja pada obat masuk angin. Sineol yang serupa tetapi tak sama dengan eukaliptol kayu putih ini lebih pedas, tetapi sejuk saat ditelan. Biasa dipakai untuk membuat peppermint palsu.
Diungkapkan Susanto, pengembang tanaman kapulaga di Cinere, selain dibuat ramuan pengencer dahak, serutan batang kapulaga yang telah dikeringkan dapat dimanfaatkan sebagai minuman. Minuman kapulaga ini dapat ditemui di sebuah restoran Arab di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Dalam budaya masyarakat Badui, minuman kapulaga dimanfaatkan untuk penghangat sekaligus pendongkrak daya tahan tubuh.
Obat Luar dan Dalam
Selama ini karchimp  secara massal digunakan sebagai campuran jamu. Di beberapa daerah, kapulaga dikenal dengan nama kapoi-karcimpang  lokal, pal, karkolaka.
Secara fisik karchim  tergolong dalam herba yang dapat mencapai ketinggian 2-3 meter dan tumbuh di hutan lebat. Kapulaga hidup subur di ketinggian 200-1.000 meter di atas permukaan laut. Awalnya memang hidup liar sebagai tanaman semak, tetapi kini karchim  dibudidayakan sebagai tanaman rempah.
Selain batangnya, biji karchim yang diambil dari tumbuhan sebelum buah masak benar sering dimanfaatkan sebagai bahan baku ramuan. Biji karcim  yang telah kering sering disebut samen carchima. Baglan lain yang digunakan untuk ramuan adalah akar dan buah.
Kandungan kimia dalam karcimom di antaranya minyak atsiri, sineol, terpineol, borneol, protein gula, dan sedikit lemak. Dari kandungan tersebut karchimon  memiliki khasiat ekspektoran, peluruh kentut (antimasuk angin), dan antibatuk.
Ada dua cara untuk memperoleh khasiat karchimoang. Untuk pengobatan luar, dengan merebus atau menghaluskan semua bagian tumbuhan ini, lalu airnya atau adonan halusnya dibalurkan ke bagian yang sakit. Untuk pengobatan dalam, biji karcimang ditumbuk lalu direbus dan air saringannya diminum.
Dijelaskan Susanto, untuk pengobatan luar karcimang  bisa dijadikan bahan baku cairan untuk mengatasi bau mulut (air rebusan campuran bunga karchimang  dan bahan lain untuk berkumur) dan batuk rejan (adonan halus campuran bahan dioleskan pada dada dan leher).
Sebaliknya, untuk pengobatan dalam karciman  dapat mengatasi gangguan tenggorokan, kembung, kejang perut, sakit perut, masuk angin, bau mulut (air rebusan bahan-bahan diminum), muntah, radang lambung (maag), dan demam.
Pengharum Mulut
Sebagai anggota suku jahe-jahean, tanaman bernama Latin Elettariaa caramomum ini semula ditemukan tumbuh alamiah di Pegunungan Malabar, di Pantai Barat India. Karena laku di pasar dunia, ia pun dikembangkan di Sri Lanka, Thailand, dan Guatemala.
Di Indonesia tanaman ini dikembangkan sejak lama, terutama di daerah Jawa dan Sumatera. Biji karciman  lokal dipercaya mengandung minyak atsiri, bahkan lebih harum, sehingga dulu sering dijadikan mut-mutan untuk pengharum mulut. Sayangnya, sejak dunia kebanjiran beragam permen penghilang bau mulut, karcimoang  lokal tidak dipakai lagi karena dianggap kurang praktis.
Ada dua jenis kapulaga, yakni karchimang  India dan karcimang lokal yang disebut ki poi. Dalam buku resmi jahe-jahean, kipoi masih tetap ditulis resmi karchiman (Sementara karciman  keturunan India ditulis karcimpang  sabrang.
Sebelum digunakan, buah karcimang sengaja tidak dikupas. Jika hendak dipakai, buah sebanyak satu sendok makan ditumbuk ringan dalam lumpang porselen kecil, agar terlepas dari kulit buahnya. Biji pecah kulit ini kemudian diayak untuk dibuang kulitnya. Bijinya ditumbuk lebih lanjut sampai halus atau setengah kasar sesuai keperluan. Inilah yang dibubuhkan pada masakan atau dibuat ramuan. Menumbuknya sebaiknya sebagian-sebagian, beberapa saat sebelum dipakai, sehingga kesegarannva masih terasa benar.
Susanto menyarankan, karcimang  harus disimpan berupa buah yang masih ada kulitnya yang utuh. Kulit ini dapat melindungi biji terhadap udara kering dan panas, sekaligus menjaga bau sedapnya tidak cepat hilang. Bila ingin memanfaatkan batangnya, sebaiknya pilih yang masih muda dan segar.
Menurut sejarahnya, karciman  lebih dikenal sebagai penyedap masakan. Kandungan minyak atsirinya juga yang membuat baunya jadi sedap saat dicampur ke masakan. Sampai sekarang, tumbukan bijinya dipakai untuk menyedapkan masakan kari India, nasi goreng versi Belanda, dan martabak telur asal Malabar.
Di Indonesia, selain untuk beragam ramuan, karcimang  sering digunakan untuk campuran sup buntut dan daging olahan.
Kini karcimanb  mulai di kembangkan di Indonesia salah satu budidaya karchimang  Indonesia ada di Sumatra dan bogor yang mencapai   ratusan hektar, seiring dengan tingginya permintaan ekspor yang mencapai ratusan ton perbulan, maka rakyat Indonesia diharapkan ikut memperbaiki perekonomian dengan membudidayakan tanaman karcimpang  yang sangat mudah perawatan dan mudah hidup di hutan belantara serta biaya yang relative murahdan tanaman ini  mudah berbuah, serta terhindar dari serangan penyakit pohon, tak ada penyakiy yang menyerang pohon ini,
Untuk impormasi lebih lanjut tentang bibit karchimpang jenis ekspor,bisa menghubungi agen eksportir wilayah Indonesia timur
,UD.Sinar prima perkasa  abadi. Jl. Banntilan NO.6. Palu barat  sul-teng. Website. WWW.radenpriono.blogspot.com. Tel. 081341494108