Kamis, 26 Juli 2012

PUASA DITINJAU DARI ILMU KEDOKTERAN Tabib beragama kristen yang juga adalah Dokter pribadi Raja Harun al-Rasyid berkata dengan nada mengejek kepada Ali bin Husein bahwa kitab suci al-qur’an itu tidak membahas ilmu kesehatan, padahal katanya ilmu itu ada dua macam: ilmu agama dan ilmu tubuh(kesehatan). Ali bin Husein menjawab “Sesungguhnya Allah swt. mengumpulkan ilmu kesehatan hanya pada setengah ayat dalam kitab suci kami”. “Apa itu ?” tanyanya. Ali membacakan potongan ayat 31 dari surah al-‘araf “Makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan”. Karena merasa belum puas Dokter kristen tadi mengejar Ali dengan pertanyaan lain “Tapi kan Nabimu tidak pernah mengajarkan ilmu kesehatan ?”. Ali menjawab “Nabi kami membahas lengkap kesehatan hanya dalam satu hadistsnya, yaitu: manusia tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari pada perut (lambung). Cukuplah baginya beberapa suap makanan sekadar bisa menegakkan tulang punggungnya. Jika menuntut harus dipenuhi, maka sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk pernapasan”. Dokter Kristen tadi terkagum-kagum dan berkata “ternyata Hipokrates (Dokter kristen yang dibangga-banggakan) tidak ada apa-apanya dibanding kitab suci dan Nabimu”. Petikan dialog diatas, setidaknya bisa memberikan pencerahan bagi kita akan eksistensi islam. Ia adalah agama integralistik yang tidak dikotomis, yaitu membahas semua lini hidup dan kehidupan manusia. Dari hal terkecil sampai yang terbesar. Islam tidak berhenti pada permasalahan ritual saja, akan tetapi juga membahas jauh lebih dalam tentang bidang politik, ekonomi, pendidikan, budaya, kedokteran, dan lain-lain. Selanjutnya jawaban yang diuraikan oleh Ali bin Husein diatas agaknya terkait erat dengan puasa. Dalam salah satu haditsnya, Nabi berkata “Puasa itu perisai”. Arti yang bisa kita tarik dari pernyataan Sosok Insan Kamil ini ialah, puasa dapat berfungsi menjadi perisai (penghalang) manusia dari api neraka. Puasa dapat menjadi perisai (penahan) manusia dari tumbuh dan berkembangnya penyakit-penyakit psikosmatik (penyakit hati) yang disebut oleh imam al-Ghazali sebagai “amradhul qulub”, seperti riya’, kibur, suka emosi dan tidak jujur. Puasa berarati juga pula dapat berfungsi menjadi perisai (benteng) dari penyakit-penyakit fisik yang menyerang tubuh manusia. Menurut hasil penelitian oleh para ahli kesehatan di Universitas Osaka, Jepang pada tahun 1930 Bentuk perisai yang tumbuh dari aktivitas puasa, ialah bertambahnya sel darah putih dan diblokirnya suplai makanan untuk bakteri, virus, dan sel kanker yang bersarang pada tubuh. Hal ini menjadikan orang-orang yang berpuasa memiliki daya tahan dan kekebalan tubuh yang kuat. Karena itu mereka kelihatan lebih sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Tidaklah mengherankan jika pahlawan ternama perancis, Napoleon Bonaparte mengatakan “ perisaiku adalah puasa”. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan standar kesehatan yang meliputi empat dimensi, yaitu sehat fisik, psikis, social, dan spiritual. Setelah diadakan penelitian dari data-data yang valid, ditemukan bahwa ibadah puasa ternyata dapat memenuhi keempat dimensi standar kesehatan tadi. Puasa tidak justru berimplikasi merusak kesehatan jasmani dan rohani selama ia dilakukan secara wajar dan memenuhi aturan hukumnya. Jantung koroner, kanker paru-paru, kanker mulut, bronkhitis, penyakit pembuluh darah otak dan gangguan janin dalam kandungan adalah diantara deretan penyakit yang kebanyakan diderita oleh para perokok. Hal ini terjadi karena nikotin,racun paling berbahaya yang dikandung oleh rokok bisa berimplikasi menyempitkan pembuluh darah, memperngaruhi denyut jantung, menyebabkan hati melepaskan gula kedalam aliran darah, merusak paru-paru, walaupun disisi lain rokok bisa menjadi obat penenang bagi penggunanya, yaitu setelah mengisap asap rokok sekitar 7,5 detik, nikotin akan tiba di otak dan merangsang hormon yang dapat menimbulkan perasaan tenang. Pada tahun 1604, raja james I menulis buku tentang pemeriksaan atas mayat-mayat para perokok berat. Dia menemukan bahwa pada tubuh bagian dalam mayat-mayat itu tercemar dan terinfeksi oleh semacam bubuk kelam dan berminyak. Selanjutnya para ahli kesehatan WHO di Amerika, menyatakan bahwa disuatu negara dengan kebiasaan merokok itu menyebabkan terjadinya 80-90%kematian akibat paru-paru, 75% kematian akibat bronkhitis, 40% akibat kandung kencing, dan 25% kematian akibat penyakit jantung iskemik. Kenyataan ini paling tidak membuktikan bahwa rokok itu berbahaya Riset para ahli membuktikan bahwa formulasi usaha penyembuhan beberapa penyakit yang diderita oleh para perokok adalah puasa. Karena setelah menjalani puasa, darah pecandu rokok akan bersih dari racun nikotin. Jika nikotin telah bersih dari tubuh para perokok, kecanduan akan berkurang dan secara berangsur-angsur akan lenyap. Efek mulut asam pada pecandu rokok yang berusaha menghentikan kebiasaannya bersifat sementara dan dapat diatasi dengan mengkonsumsi buah-buahan atau permen sebagai pengganti obat .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar