Selasa, 17 Mei 2011

pala

pala
dan pengolahannya
DEPARTEMEN PERTANIAN
BAGIAN PROYEK INFORMASI PERTANIAN
IRIAN JAYA
1986
Kata Pengantar
Brosur ini disusun dengan maksud membantu para Petani dalam mengelola
Usahatani Pala. Penyusunan Brosur ini penulis menggunakan beberapa bahan
sumber untuk kelengkapannya.
Semoga Brosur yang sederhana ini dapat digunakan sebagai pegangan dan
dapat menambah khasanah tulisan mengenai Pala.
Akhirnya diucapkan terima kasih kami sampaikan pada Dinas Perkebunan
Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya atas bantuannya.
Bagian Proyek Informasi Pertanian
Irian Jaya
Daftar Isi
HAL
I. PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1
II. MENGENAL TANAMAN PALA…………………………. ……. 3
III. SYARAT-SYARAT TUMBUH……………………………….…. 7
IV. PERBANYAKAN TANAMAN PALA…………………………… 11
V. CARA MENANAM…………………………………………..…… 15
- Persiapan lahan …………………………….. 15
- Lubang dan jarak tanam …………………… 15
- Bibit ………………………………..………….. 16
- Pemeliharaan ……………………………….... 16
- Hama dan penyakit …………………………. 17
VI. PANEN …………………………………………………………... 23
VII. PENGOLAHAN……………………………………………….…. 25
PENDAHULUAN
Pala [Myristica fragrans Houtt] merupakan salah satu komoditi pertanian yang
memiliki nilai ekonomis tinggi, di samping berjenis-jenis komoditi pertanian ekonomis
lainnya.
Menurut pendapat para ahli, pala adalah tanaman asli Indonesia yang berasal
dari MALAISE ARCHIPEL yaitu gugusan kepulauan Banda dan Maluku. Kemudian
menyebar dan berkembang ke pulau-pulau lain yang berada di sekitarnya,
bahkan sekarang telah mencapai Aceh, Sulawesi Utara dan Irian Jaya.
Sebagai tanaman rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak etheris dan
lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Biji pala menghasilkan 2 sampai 15
% minyak etheris dan 30 - 40 % lemak, sedangkan fuli menghasilkan 7 - 18 %
minyak etheris dan 20 - 30 % lemak (fuli adalah arie yang berwarna merah tua
dan merupakan selaput jala yang membungkus biji).
Daging buah pala dapat digunakan sebagai manisan atau asinan, biji dan fulinya
bermanfaat dalam industri pembuatan sosis, makanan kaleng, pengawetan ikan
dan lain-lainnya. Disamping itu minyak pala hasil penyulingan, dapat digunakan
sebagai bahan baku dalam industri sabun, parfum, obat-obatan dan sebagainya.
Sementara itu permintaan pasar dunia akan pala setiap tahun terus meningkat,
dan tidak kurang dari 60 % kebutuhan pala dunia didatangkan dari Indonesia.
Dalam rangka ikut serta meningkatkan devisa negara melalui export non migas,
memperluas lapangan kerja dan melihat prospek pala yang menjanjikan harapan
baik tersebut, maka sudah waktunya tanaman pala perlu mendapatkan perhatian
dan penanganan untuk dikembangkan secara luas di Propinsi Irian Jaya.
Pala Indonesia lebih disukai oleh pasar dunia, karena mempunyai beberapa
kelebihan di banding pala dari negara lain, kelebihannya antara lain rendemen
minyaknya yang tinggi dan memiliki aroma yang khas.
MENGENAL TANAMAN PALA
Pala ( Myristica fragrans Houtt) adalah tanaman daerah tropic yang memiliki 200
species, dan seluruhnya tersebar di daerah tropis.
Dalam keadaan pertumbuhan yang normal, tanaman pala memiliki mahkota yang
rindang, dengan tinggi batang 10 - 18 m. Mahkota pohonnya meruncing ke atas,
dengan bahagian paling atasnya agak bulat serta ditumbuhi daunan yang rapat.
Daunnya berwarna hijau mengkilat, panjangnya 5 - 15 cm, lebar 3 - 7 cm dengan
panjang tangkai daun 0,7 -1,5 cm.
I
II
Tanaman pala termasuk golongan tanaman berjenis kelamin tunggal, meskipun
terdapat pula tanaman berjenis kelamin ganda. Berumah dua, yang memiliki
perbedaan yang jelas antara pohon betina dan pohon jantan.
Tanaman pala betina di tandai dengan pertumbuhan cabangnya secara horizontal
(mendatar), sedangkan tanaman pala jantan di tandai dengan cabang-cabangnya
yang mengarah ke atas membuat sudut lancip dengan batangnya.
Keterangan:
A = Pohon pala betina, yang ditandai dengan pertumbuhan
cabangnya
secara horizontal (mendatar).
B = Pohon pala jantan, ditandai dengan cabang-cabangnya yang
mengarah ke atas membuat sudut lancip dengan batangnya.
Di samping tanaman pala jantan dan betina, terdapat pula yang campuran dimana
tanaman jantan akan dapat menghasilkan bunga betina, tetapi jarang terjadi
tanaman betina berbunga jantan.
Tanaman pala memiliki buah berbentuk bulat, berwarna hijau kekuning-kuningan
buah ini apabila masak terbelah dua. Garis tengah buah berkisar antara 3 -9 cm,
daging buahnya tebal dan asam rasanya. Biji berbentuk lonjong sampai bulat,
panjangnya berkisar antara 1,5 - 4,5 cm dengan lebar 1- 2,5 cm. Kulit biji berwarna
coklat dan mengkilat pada bagian luarnya. Kernel biji berwarna keputih-putihan
sedangkan fulinya berwarna merah gelap dan kadang-kadang putih kekuningkuningan
dan membungkus biji menyerupai jala.
Myristica fragrans Houtt, Myristica argentea Ware, dan Myristica fattua Houtt,
adalah jenis-jenis pala yang dianggap penting karena bernilai ekonomis, sehingga
jenis-jenis inilah yang banyak diusahakan. Jenis-jenis pala lainnya yang
kurang/tidak bernilai ekonomis sehingga jarang diusahakan, antara lain : Myristica
malabarica Lam, Myristica specioca Ware, Myristica sucedona 81 dan lainlainnya.
a. Myristica fragrans Houtt.
Para petani pala kebanyakan menyebutnya sebagai pala asli, jenis ini
merupakan jenis umum yang diusahakan di Indonesia. Penyebarannya
yang merata ini disebabkan karena pala yang dihasilkan baik dalam bentuk
biji maupun fuli, memiliki mutu yang tinggi, karenanya jenis inilah yang
paling banyak diminta pasar dunia.
Dari jenis ini dikenal pula jenis- jenis pala daerah antara lain:
- Pala Raja, fulinya cukup tebal dengan biji kecil.
- Pala Meraya, buahnya merangkai-rangkai, tetapi jenis ini sudah
sangat langka.
- Pala Bui, bentuk bijinya bulat panjang, berasal dari pohon
campuran.
- Pala Pencuri, kulit biji tidak rata dan fulinya tidak menutup buah.
- Pala Holland, dikenal pula dengan nama pala putih karena warna
fulinya putih. Fuli ini akan berubah warnanya menjadi kuning
setelah di jemur.
b. Myristica argentea Ware.
Jenis pala ini banyak dijumpai di Irian Jaya, tinggi pohonnya mencapai 15
m dan dapat tumbuh pada ketinggian daerah 700 m di atas permukaan
laut. Selain Irian Jaya, pala jenis ini juga terdapat di Seram dan beberapa
daerah di sekitarnya.
Fuli dari jenis ini disebut fuli liar, karena kualitasnya yang berbeda serta
aroma kurang halus dibandingkan dengan pala jenis Myristica fragrans
Houtt. Kandungan minyak etheris dari fulinya hanya 6,5%. Pala jenis ini
terutama dihasilkan menjadi NUT MEG BUTTER. Pala jenis ini termasuk
yang mendapat pasaran dalam perdagangan.
c. Myristica fattua Houtt.
Jenis pala ini di Maluku disebut pala jantan atau pala utan, di Pulau Jawa
buahnya sering dipakai sebagai ramuan bahan jamu.
d. Myristica specioga Ware.
Banyak dijumpai di pulau Bacan, tidak ekonomis, karenanya tidak banyak
diusahakan.
e. Myristica sucedona BL.
Pala jenis ini sering pula disebut pala Halmahera, tergolong pala eksport.
f. Myristica malabarica LAM.
Pala jenis ini berasal dari Malabar, bijinya lonjong, tidak memiliki aroma,
karenanya tidak diperdagangkan.
SYARAT-SYARAT TUMBUH
TINGGI TEMPAT
Tanaman pala, dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 - 700 meter di atas
permukaan laut.
TANAH
Untuk dapat tumbuh baik, memerlukan :
- Lapisan atas top soil cukup dalam.
- Cukup tersedia unsur hara.
- Drainasenya baik.
- Udara dalam tanah cukup tersedia.
III
Tanaman pala juga akan tumbuh baik pada tanah yang berstruktur pasir sampai
lempung dengan kandungan bahan organik tinggi.
Pada tanah-tanah yang miskin, tanaman Pala juga dapat tumbuh baik apabila di
imbangi dengan pemupukan dan perawatan yang baik.
IKLIM
a. Suhu
Daerah-daerah penyebaran tanaman pala memiliki suhu yang tidak sama,
yakni berkisar antara 18º C -34º C. Tanaman pala akan berkembang dengan
baik di daerah tropis, dengan suhu optimum untuk pertumbuhan dan produksi
±20º C sampai 30º C.
b. Curah hujan
Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang
tinggi, tanpa adanya masa kering yang nyata.
Pada daerah-daerah yang mempunyai kemiringan tajam dan curah hujan
tinggi, perlu dibuat teras-teras untuk mempertahankan tingkat kesuburan
tanahnya. Curah hujan yang baik bagi pertumbuhan tanaman pala ±2175 mm
sampai 3550 mm/tahun.
c. Angin
Tanaman pala peka terhadap angin kencang, karenanya tidak sesuai
diusahakan pada areal yang terbuka tanpa tanaman pelindung. Angin yang
bertiup terlalu kencang, bukan saja menyebabkan penyerbukan tanaman
terganggu, malahan buah dan pucuk-pucuk tanaman akan jatuh berguguran.
Untuk daerah-daerah yang tiupan anginnya sering keras, penanaman pohon
penahan angin ditepi kebun sangat dianjurkan. Namun tanaman pelindung
yang ditanam terlalu rapat, dapat menghambat pertumbuhan tanaman pala,
karena adanya persaingan dalam mendapatkan unsur hara.
KETERSEDIAAN AIR
Tanaman pala peka terhadap genangan air, oleh karena itu sebaiknya pada areal
pertanaman pala dibuat saluran pembuangan air yang baik. Walaupun demikian,
untuk bulan-bulan kering, tanaman pala memerlukan air yang cukup, untuk itu
tanah harus mempunyai ketersediaan air (water holding capacity) yang cukup.
Adanya tanaman penutup tanah dan tanaman pelindung, dapat membantu
mengatasi ketersediaan air.
Terjadinya genangan air pada pertanaman pala, akan berakibat pertumbuhannya
terhambat, bahkan tanaman akan mudah terserang penyakit busuk akar yang
dapat memusnahkan tanaman.
POHON PELINDUNG
Dalam pengusahaan tanaman pala, tanaman pelindung angin harus
mendapatkan perhatian. Kegunaan lain pohon pelindung adalah untuk melindungi
tanaman dari sinar matahari yang berlebihan, terutama pada saat tanaman masih
muda.
Yang perlu diperhatikan, pada waktu tanaman sudah berumur 4 - 5 tahun,
tanaman pala sudah memerlukan sinar matahari yang banyak untuk dapat berproduksi.
Oleh karenanya penjarangan pohon pelindung harus dilakukan, hal ini juga
penting untuk mencegah pertumbuhan yang tidak normal yaitu memanjang ke
atas, dan mencegah terjadinya persaingan di dalam menyerap unsur hara di
antara tanaman pala dan tanaman pelindung.
Pohon pelindung yang baik adalah pohon yang daunnya tidak terlalu rimbun serta
tahan terhadap hempasan angin seperti pohon kelapa, duku, rambutan dan jenis
pohon buah-buahan lainnya.
PERBANYAKAN TANAMAN PALA
Umumnya tanaman pala dapat diperbanyak dengan mudah melalui tiga cara:
- Perbanyakan dengan biji.
- Perbanyakan dengan cangkokan
- Perbanyakan dengan okulasi.
A. PERBANYAKAN DENGAN BIJI.
Perbanyakan cara ini sebenarnya kurang menguntungkan, karena tanaman baru
yang dihasilkan jarang memiliki sifat-sifat persis sama dengan induknya.
Umumnya perbanyakan pala dengan biji akan menghasilkan rata-rata pohon
betina 55% , jantan 40% dan campuran 5%. Komposisi seperti ini jelas tidak akan
dapat memberikan keuntungan, karenanya dalam pengusahaan pala, tanaman
jantan dan campuran harus dikurangi. Caranya dengan mengetahui ciri dari
pohon jantan, betina maupun campuran. Ciri pohon betina cabangnya tumbuh
mendatar/ horizontal, sedang pohon jantan cabangnya membentuk sudut lancip
terhadap batangnya, sedang pohon campuran adalah pohon jantan yang dapat
menghasilkan bunga betina.
Apabila terpaksa memperbanyak tanaman pala dengan biji, biji-biji pala yang
akan dipergunakan sebagai benih harus berasal dari pohon induk yang baik, dari
buah yang telah masak penuh dan segera setelah pemetikan (selambatlambatnya
24 jam penyimpanan) harus disemaikan. Biji pala tersebut harus cukup
besarnya, berbentuk agak bulat dan simetris.
Pengalaman di pulau Banda menunjukkan, bahwa hasil seleksi biji yang besar
dari sekumpulan buah yang telah dipanen untuk dijadikan bibit, diambil dari pohon
induk yang letaknya berdekatan dengan pohon yang berbunga jantan, dapat
memberikan hasil yang memuaskan.
B. PERBANYAKAN DENGAN CANGKOKAN.
Prinsipnya sama seperti mencangkok tanaman-tanaman lainnya, tanaman baru
hasil cangkokan akan memiliki sifat-sifat seperti induknya. Pelaksanaannya
mudah sekali, sekaligus memanfaatkan cabang-cabang tanaman yang kurang
produktif tetapi memungkinkan untuk di cangkok.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih cabang yang akan
dicangkok
- Harus berasal dari pohon induk yang pertumbuhannya baik, rimbun,
bebas dari hama dan penyakit, serta produktif.
- Umur pohon berkisar antara 12 -15 th.
- Cabang harus yang sudah berkayu, tetapi tidak terlalu tua atau
muda.
Mencangkok sebaiknya dilakukan pada musim hujan, akan tetapi musim kemarau
tidaklah merupakan hambatan, asalkan dilakukan penyiraman yang teratur. Cara
IV
lain untuk mengatasinya adalah dengan meletakan kaleng bekas yang diberi
lubang halus, kemudian diisi air dan diikat/digantungkan tepat di atas cangkokan.
Akar hasil cangkokan akan muncul setelah satu bulan, mula-mula berwarna putih
kemudian akan berubah warna menjadi coklat tua pertanda akarnya sudah kuat
dan siap dipindahkan ke pertanaman.
Apabila pencangkokan dilakukan dengan baik, maka tanaman hasil cangkokan
akan cepat tumbuhnya dan tahan terhadap perubahan lingkungan setelah
dipindahkan ke kebun.
C. PERBANYAKAN DENGAN OKULASI.
Perbanyakan cara ini bukan saja akan mempercepat masa produksi, tetapi dapat
pula mengurangi persentase pohon jantan yang muncul. Untuk batang bawah
digunakan jenis pala Myristica sucedona BL, sedangkan untuk cabang entrys
(mata tunas) diambil dari cabang pohon yang berproduksi tinggi misalnya
Myristica fragrans Houtt.
Syarat-syarat okulasi:
- Besar calon batang atas dan batang bawah (under stump) jangan jauh
berbeda.
- Umur batang bawah minimal 1 tahun.
- Mata tunas (entrys) diambil dari cabang yang lurus, dari pohon yang
telah berproduksi.
- Satu atau dua minggu sebelum pengambilan cabang entrys, sebagian
daunnya dipangkas untuk merangsang pertumbuhan mata tunas.
- Pisau okulasi harus tajam dan bersih.
CARA MENANAM
Untuk tanah-tanah yang belum pernah ditanami, pembabatan semak belukar dan
penebangan pohon-pohon sebaiknya dilakukan pada musim kemarau, hal ini
untuk mencegah cepatnya tumbuh kembali semak belukar.
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menggemburkan tanah, menciptakan areal
yang beraerasi (peredaran udaranya) baik serta membersihkan akar dan sisa-sisa
tanaman. Untuk areal yang miring, harus dibuat teras-terus untuk mencegah
terjadinya erosi.
V
LUBANG DAN JARAK TANAM
Lubang tanam harus sudah dipersiapkan 1 bulan sebelum tanam, minimal dengan
ukuran 60 X 60 X 60 cm, untuk tanah-tanah yang unsur liatnya banyak, ukuran
lubang tanam boleh dibuat lebih besar lagi misal 1 X 1 meter.
Dalam menggali lubang, lapisan tanah bagian atas harus dipisahkan dengan
lapisan tanah bagian bawah, karena keduanya mempunyai kandungan unsur
yang berbeda. Setelah 1 - 2 minggu kemudian tanah galian tadi dimasukkan
kembali ke dalam lubang. Lapisan tanah bagian bawah dimasukkan terlebih
dahulu, baru kemudian lapisan tanah bagian atas yang sudah diberi pupuk
kandang/kompos 1 - 2 kaleng. Dua atau tiga minggu kemudian, penanaman bibit
dapat dilakukan.
Jarak antara lubang tanam, pada tanah datar dianjurkan 9 X 10 m dan pada tanah
berbukit 9 X 9 m.
BIBIT
Bibit yang ditanam adalah yang telah berumur 1 - 2 tahun (bila bibit dari
biji/okulasi), bibit yang berasal dari cangkokan segera bisa ditanam setelah
akarnya dipandang cukup kuat untuk dipindahkan ke pertanaman.
PEMELIHARAAN
Untuk mencapai hasil yang maksimal dari tanaman yang diusahakan, maka
pemeliharaan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan, antara lain
dalam hal:
- Pohon pelindung, tanaman muda umumnya kurang tahan terhadap panas
sinar matahari. Oleh karena itu untuk menghindari kerusakan tanaman,
perlu dipersiapkan pohon pelindung yang cukup. Setelah tanaman
bertambah besar, pohon pelindung dapat diperpanjang.
- Penyulaman, bibit yang mati atau tidak normal pertumbuhannya harus
segera diganti.
- Penyiangan, ini harus dilakukan secara teratur, untuk menghindari
persaingan dalam pengambilan unsur hara antara tanaman pala dengan
rumput atau tumbuhan pengganggu lainnya. Penyiangan ini bisa dimulai 2
- 3 bulan setelah penanaman, pucuk dan daun-daun baru telah mulai
tumbuh (ini berarti pertumbuhan tanaman telah cukup kuat).
- Pemupukan, penambahan unsur hara yang habis terserap oleh tanaman
mutlak diperlukan. Hal ini untuk menjamin agar tanaman tumbuh dengan
baik dan berproduksi tinggi. Pupuk yang diberikan bisa pupuk organik
(kompos, pupuk kandang) dan atau pupuk anorganik (urea, ZA, TSP, KCL,
NPK dll). Jenis dan dosisnya disesuaikan dengan kondisi tanaman atau
mintalah petunjuk pada PPL setempat. Cara pemupukannya dibenamkan
dalam parit sedalam 2 - 10 cm, melingkari batang tanaman (selebar
kanopi).
- Pengendalian tanaman pengganggu/gulma, hampir disetiap kebun ada
gulma yang jika dibiarkan sangat merugikan. Oleh karenanya
pertumbuhannya harus dikendalikan. Penggunaan herbisida bisa di
lakukan, namun efisiensinya perlu diperhitungkan. Karena rekomendasi
penggunaan herbisida (jenis dan dosisnya) di setiap daerah mungkin
berbeda, maka untuk lebih jelasnya hubungi petugas PPL setempat.
HAMA DAN PENYAKIT
a. Hama-Hama
1. Penggerek batang [Batocera hercules]
Tanda-tanda serangan berupa terdapatnya lubang gerekan pada
batang, dengan diameter 1,5 - 2,0 cm, dari lubang ini keluar
serbuk-serbuk kayu. Akibatnya dapat mematikan tanaman pala.
Cara pemberantasannya : dengan menginjeksi pestisida sistemik ke
dalam batang tanaman (Dimicron 100 EC atau Tamaron 50 EC). Cara
lainnya dengan menakik lubang gerekan kemudian membunuh
hamanya atau menutup lubang gerakan dengan kayu.
2. Kumbang Areoceum foriculatus
Berukuran kecil menyerang buah pala yang telah jatuh, imago
menggerek buah kemudian meletakkan telur di dalamnya, yang
selanjutnya akan berkembang menjadi lundi yang dapat menggerek
buah secara keseluruhan.
Cara pencegahannya, buah yang telah dipetik harus segera
dikeringkan.
3. Rayap
Serangannya dimulai dari akar, kemudian pangkal batang dan
seterusnya mengikuti batang bagian dalam, sehingga seluruh bagian
batang dapat terserang. Tanda khusus yang dapat dilihat, adalah
terjadinya bercak hitam pada permukaan batang. Bila bercak hitam itu
dikupas, maka akan kelihatan sarang serta saluran yang dibuat oleh
rayap di dalamnya. Serangan rayap ini, banyak dijumpai pada
kebun-kebun yang kurang bersih dari semak dan tanggul-tanggul
pohon.
Cara pencegahannya, dengan menyemprotkan pestisida pada tanah
dan pangkal batang untuk mencegah naiknya rayap ke batang pohon.
Cara lainnya adalah dengan menyemprotkan pestisida ke bercak hitam
yang telah dibuka, sehingga pestisida akan merembes ke dalam sarang
dan saluran-saluran yang dibuat rayap.
b. Penyakit
Penyakit pecah buah atau terbelah putih, penyakit ini disebabkan oleh
cendawan Coryneum myristicae yang menyebabkan buah terbelah karena
pertumbuhan daging buah terhambat, sehingga tidak dapat mengimbangi
pertumbuhan fuli dan biji, yang akhirnya akan jatuh sebelum tua.
Tanda-tandanya : pada bagian luar daging buah yang berumur 5 - 6 bulan,
terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecoklatan. Bercak-bercak ini
akan bertambah besar dan kemungkinan berubah menjadi hitam.
Cara pencegahannya; dengan membuat saluran pembuangan air (drainase)
yang baik atau melakukan pengasapan belerang di bawah pohon dengan
dosis 100 gram belerang/pohon.
Buah-buah yang terserang segera dibuang dan ditanam dalam tanah.
Melakukan penyemprotan dengan fungisida.

PANEN
Tanaman pala mulai berbuah pada umur 7 tahun, dan pada umur 10 tahun sudah
berproduksi secara menguntungkan. Produksinya akan terus meningkat dan pada
umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Hal ini berlangsung terus sampai
tanaman berumur 60 - 70 tahun.
Dalam setahun tanaman pala dapat di petik dua kali, yang setiap daerah biasanya
waktunya tidak sama. Umumnya buah pala dipanen setelah cukup tua, yang di
tandai dengan merekahnya buah, umurnya + 6 bulan sejak berbunga.
Cara pemetikannya bisa dengan galah yang ujungnya diberi keranjang, atau
langsung memanjat pohon untuk memungut dan memilih buah yang betul-betul
tua. Buah yang telah dipetik, segera diperlakukan sesuai keperluannya, hal ini
untuk menghindari serangan hama dan penyakit.
Dalam setiap tahun, panen pala dilakukan 2 periode, dimana setiap daerah waktu
pemetikannya tidak sama.
Di daerah Fak-Fak misalnya, mengenal 3 musim pemetikan yaitu musim barat,
musim matahari (kemarau) dan musim Timur.
a. Musim Barat : dimulai pada daerah pantai ( + bulan Oktober), dua bulan
kemudian didaerah pegunungan. Biasanya buah-buah yang dipetik pada
musim barat ini Kualitasnya baik.
b. Musim Timur : didaerah pantai dimulai bulan Maret, sedang didaerah
pegunungan dimulai bulan Juni. Buah yang dipanen pada musim ini
kwalitas pala dan fulinya lebih rendah, dibandingkan yang di panen pada
musim barat.
c. Musim Matahari : adalah musim pemetikan tambahan yang dilakukan di
luar musim barat dan musim timur.
VI
PENGOLAHAN
Agar diperoleh mutu hasil yang baik, maka perlu dipetik buah yang benar-benar
tua/telah membelah. Buah pala yang telah jatuh ke tanah atau bekas dimakan
burung, umumnya merupakan buah yang tua juga, tetapi hasil fulinya tidak dapat
diharapkan.
Urut-urutan bagian buah pala dari luar ke dalam terdiri atas:
- Kulit buah.
- Daging buah.
- Fuli (arillus).
- Kulit biji (cangkang).
- Biji.
PENGOLAHAN PALA DAN FULI
1. Pemisahan biji dari daging buah.
2. Pelepasan fuli dari bijinya yang dilakukan dengan hati-hati, dari ujung ke
arah pangkal, agar diperoleh fuli yang utuh sehingga bermutu tinggi.
3. Pengeringan antara pala dan fuli dilakukan secara terpisah.
- Pengeringan biji tidak boleh melebihi suhu 45ºC, karena akan diperoleh
biji pala yang berkualitas rendah disebabkan mencairnya kandungan
lemak, biji keriput dan berbentuk remah dan aroma biji akan banyak
berkurang.
- Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran atau pengasapan.
- Pengasapan dilakukan dirumah asap, pada suhu ruangan 35º - 40º C,
dilakukan terus menerus selama 10 - 15 hari sampai kadar air biji
menjadi 8 -10%
- Pengeringan fuli lebih sederhana, full disebar di atas tampi/nyiru dan di
jemur dibawah sinar matahari sampai kadar airnya menjadi 10 -12%
4. Pemisahan biji pala dari cangkangnya.
Penyimpanan biji pala kering biasanya masih bercangkang (untuk
melindungi dari hama dan penyakit). Cangkang ini dapat dipecah dengan
mesin pemecah pala atau dipukul dengan pemukul kayu, luka pada biji
akan menurunkan Kualitasnya.
5. Fumigasi (pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan gas
racun).
Untuk biji pala dilakukan 2 kali, yaitu setelah biji dipisahkan dari
cangkangnya dan setelah pengepakan dalam karung menjelang dieksport.
Untuk fuli juga difumigasi 2 kali, yaitu sebelum dilakukan sortasi dan
setelah pengepakan menjelang dieksport.
VII
6. Sortasi.
Sortasi biji pala dilakukan menurut: ukuran, warna, keriput/tidak,
pecan-basah-lubang/tidak.
Pada garis besarnya dibedakan 3 kwalitas biji pala, yang masing-masing
dapat dipisahkan atas beberapa sub kualitas.
Kualitas I terkenal dengan kualitas ABCD, berasal dari buah petik yang
cukup tua dan permukaan biji licin.
Kualitas II atau rimple atau SS, permukaan bijinya berkeriput karena
berasal dari buah yang belum cukup tua atau karena mengalami
pemanasan lebih dari 45º C.
Kualitas III atau BWP (Broken, Warmy, Punky) berasal dari buah yang
kurang tua yang dipungut dari tanah, buah yang kurang tua atau buah yang
mengalami kerusakan dalam pengolahan.
Kualitas ABCD masih dapat dipisahkan atas sub kualitas A, B, C dan D
dengan menggunakan saringan kayu yang mempunyai lubang dengan
diameter tertentu. Kualitas rimple/SS, berdasarkan besar kecilnya masih
dapat dipisahkan atas sub kualitas R/A dan R/E. Sedang kualitas BWP
dapat dibagi atas sub kualitas BWP I dan BWP II.
Sortaso biji pala ini dilakukan dengan tangan, dan untuk memperbaiki
kualitas umumnya dilakukan berulang kali.
Sortasi fuli, dilakukan dengan menggunakan ayakan kawat dan pemilihan
dengan tangan. Setelah fuli dijemur dan mengalami proses fumigasi I,
kemudian disortir menjadi 2 kualitas yakni Gruis I dan Gruis II. Ke dua
kualitas ini kemudian disortir lagi sesuai permintaan pasar internasional
menjadi sub kualitas Gruis I/Amerika, Gruis II/Amerika, Gruis I/Eropa dan
Gruis II/Eropa. Selanjutnya masing-masing sub kualitas dimasukkan dalam
mesin pemotong mekanis, yang nantinya akan dihasilkan fuli remah
(broken). Proses selanjutnya adalah membersihkan, menapis, mengajak,
menghembus full pada waktu jatuh dari ayakan sehingga diperoleh fuli siap
untuk di bungkus.
PENGOLAHAN MINYAK PALA
Biji pala mengandung minyak lemak (fixed oil) sebanyak 25 - 40 % minyak lemak
ini dapat diperoleh dengan cara menggiling dan memeras biji pala tersebut.
Apabila minyak lemak tidak dikeluarkan lebih dahulu, pada penyulingan akan ikut
tersuling dan akan sulit di pisahkan dari minyak palanya.
Setelah biji pala digiling kemudian dimasukkan bejana, dan dilakukan penyulingan
selama +10 - 30 jam. Setelah disaring, minyak ditampung ke dalam botol penampung
yang digunakan untuk memisahkan air dari minyak, rendemen minyak yang
diperoleh berkisar antara 7-16 %. Minyak pala berupa cairan yang hampir tidak
berwarna/kuning muda, dengan bau khas pala, apabila disimpan akan menyerap
oksigen dan menjadi kental. Minyak pala ini dieksport ke Singapura, Perancis,
Inggris, Nederland dan Amerika Serikat.
Standar mutu minyak pala:
- Deskripsi : minyak pala adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan
biji-biji buah tanaman Myristica fragrans Houtt.
- Jenis mutu : minyak pala digolongkan dalam satu jenis mutu.
- Syarat mutu
Karakteristik Syarat
- Bobot jenis pada 25ºC 0,847 - 0,919
- Index bias pada 25ºC 1,474 -1,497
- Putaran optik pada 25º C +10º - 30º
- Kelarutan dalam etanol 90% 1-1 jernih, seterusnya jernih.
suhu 25º - 30º C
- Sisa penguapan contoh 4,8 gr 2,5%
sampai 5,2 gr, maks.
- Zat-zat asing
a. Minyak pelikan negatif
b. Minyak terpentin negatif
c. Minyak lemak negatif
d. Alkohol tambahan negatif
PENGOLAHAN PALA DESTILASI (destining nutmeg)
Pengolahan pala destilasi sangat sederhana sekali, yakni buah pala yang masih
muda (berumur 2 - 5 bulan) dipetik, dilepaskan daging buahnya, kemudian bijinya
dijemur dipanas matahari selama 2 - 3 hari, kemudian disortir menurut mutunya.
Cars lainnya adalah dikeringkan di atas tungku api (diasap) selama +2 hari. Di pasaran
dunia terdapat 2 mutu pala destilasi yaitu :
- Mutu I kode AZWI.
- Mutu II kode ETEZ.
Spesifikasi:
- Deskripsi : pala destilasi adalah biji pala yang berasal dari buah tanaman
Myristice fragrans Houtt yang dipetik muda.
- Jenis mutu : ada 2 jenis mutu yaitu, Mutu I (AZWI), buah pala tanpa batok
yang dikeringkan, umumnya berasal dari buah muda berumur 2 - 2,5 bulan.
Mutu II (ETEZ), buah pala yang dikeringkan, umumnya berasal dari buah
muda berumur 2 - 5 bulan.
- Syarat mutu
Syarat
Karakteristik
Mutu I Mutu II
- Kadar air, % (bobot/bobot) males. 14,0 14,0
- Kadar minyak atsiri, (bobot/bobot) min.% 7,5 4
- Kadar minyak non atsiri, (bobot/bobot) males.% 10 12
- Benda asing, % (bobot/bobot) maks. 0,5 0,5
Sumber :
DINAS PERKEBUNAN
PROPINSI TINGKAT I
IRIAN JAYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar